GUNDAH gulana, kira-kira itulah yang dirasakan banyak pihak di 2024 ini, khususnya terkait dengan El Nino dan peraturan deforestasi Uni Eropa. Keduanya menjadi perhatian bagi pengusaha kopi, akademisi, ataupun pemerintah.
El Nino yang menyebabkan berkurangnya curah hujan sehingga membuat musim kemarau lebih panjang dirasakan dampaknya bagi petani komoditas kopi. Data International Coffee Organization (ICO) dalam Coffee Report and Outlook yang terbit Desember 2023 menyebut penurunan produksi terjadi di Asia Pasifik dan Afrika. Masing-masing sebesar 4,7% dan 7,2% menjadi masing-masing 49,84 juta kantong dan 17,9 juta kantong. Cuaca buruk itu memberikan dampak negatif terhadap produsen utama di wilayah tersebut, khususnya Vietnam, Pantai Gading, dan Uganda.
Belum pernah ICO memberikan laporan sesuram ini. Kondisi cuaca buruk, yang pertama kali terjadi pada 2022 dan berlanjut hingga 2023, akan berdampak negatif pada prospek kopi pada 2023/2024. Fenomena El Nino akan mengurangi prospek di Asia, terutama bagi negara asal kopi seperti Indonesia. Beberapa provinsi di Indonesia yang terdampak El Nino, yakni Sumatra Utara, Riau, Jawa....