KABUPATEN Pamekasan, Jawa Timur, selain dikenal sebagai sentra penghasil garam terbesar di Madura, juga menjadi pusat produksi tembakau.
Di wilayah tersebut setiap tahun setidaknya proyeksi tanaman tembakau mencapai 48 ribu hektare dengan total jumlah produksi mencapai 18 ribu ton tembakau rajangan.
Tidak heran, jika hampir semua perusahaan rokok besar di Indonesia, memiliki kuasa pembelian tembakau di Pamekasan. Misalnya PT Gudang Garam, PT Sampoerna, PT Nojorono, PT Wismilak, PT Sukun Malang, PT Djarum, PT Bentoel dan beberapa pabrik rokok lainnya. Itu belum termasuk pabrik rokok lokal di Pamekasan.
Sementara ini, pemasaran tembakau Madura, khususnya Pamekasan, masih mengandalkan pabrik rokok. Sebab, jenis tembakau yang dikembangkan di wilayah tersebut dinilai cocok sebagai bahan baku utama rokok, terutama rokok keretek.
Varietas prancak 95 dan varietas cangkring merupakan varietas tembakau semiaromatik yang aromanya harum dan cocok untuk bahan utama keretek. Dua varieras itu yang dibudi daya petani Madura, varietas prancak 95 untuk lahan dataran tinggi, sementara varietas cangkring untuk lahan dataran rendah.
Di Jawa Timur, terdapat beberapa daerah penghasil tembakau aromatik. Di antaranya Paiton (Probolinggo), Besuki dan Kayumanis (Situbondo), Tambeng (Bondowoso) dan Jenggawah (Jember).
Namun, tembakau dari beberapa daerah tersebut hanya akan menjadi campuran racikan rokok, sementara bahan utamanya tetap menggunakan tembakau Madura.
“Keunggulan tembakau Madura karena kadar airnya yang tidak terlalu tinggi sehingga aromanya lebih kuat dibanding tembakau sejenis dari luar Madura,” kata Ketua Asosiasi Petani Tembakau Rakyat (APTR) Jawa Timur, Musahnan di Pamekasan, Sabtu (19/2).
Kondisi tanah di Madura sebagian besar merupakan lahan tadah hujan sangat mendukung budidaya tembakau aromatik, yang lebih menonjolkan aroma di samping rasa. Apalagi, sebagian besar areal tanam menggunakan tanah perbukitan berbatu yang hasil produksinya dikenal dengan istilah tembakau gunung.
Hal tersebut yang menyebabkan harga tembakau Madura cukup tinggi jika dibanding dengan tembakau sejenis dari daerah lain di Jawa Timur. Tahun lalu, harga tembakau rajangan di Pamekasan untuk semua varietas berkisar antara Rp40 ribu hingga Rp65 ribu per kilogram.
“Harga tersebut di atas harga rajangan tembakau Jawa yang rata-rata Rp35 ribu perkilogram,” kata Musahnan.
Itu sebabnya, sebagian besar petani di Madura masih mengandalkan tembakau sebagai tanaman utama saat menjelang musim kemarau. Mereka akan menggunakan sisa endapan air hujan di embung arau sumur resapan untuk menyiram tembakau.
Meski ada tananan lain yang cocok untuk ditanam di akhir musim penghujan, seperti melon, semamgka atau blewah, mereka tetap memilih menanam tembakau karena dianggap lebih menjanjikan.
Apalagi pada musim panen tidak jarang tanaman mereka sudah dibeli para tengkulak sebelum dipanen meski dengan harga yang lebih murah jika dibanding dengan dijual dalam bentuk tembakau rajangan.
“Kami juga enggan beralih ke jenis tembakau lainnya, seperti jenis oven yang menjadi bahan utama rokok cerutu,” kata Ahmad Khoiri, salah seorang petani tembakau asal Pamekasan.
Menurutnya, keuntungan menanam tembakau jenis prancak dan cangkring karena dua jenis tembakau tersebut apabila disimpan dalam bentuk rajangan kering, semakin lama disimpan aromanya akan semakin kuat, dan harganya semakin mahal.
Karena itu, meski hasil rajangan tidak laku ke pabrik rokok, masih bisa dijual untuk bahan rokok linting, atau dijual ke tengkulak yang memiliki gudang penyimpanan untuk dijual kembali di tahun depan.
Beberapa tahun lalu, jelas Khoiri, salah satu perusahaan rokok berencana melakukan budi daya tembakau nonaromatik di Kabupaten Pamekasan mengajak kerja sama kelompok tani setempat.
Meskipun fasilitas yang ditawarkan cukup bagus, rencana tersebut batal dilaksanakan karena tidak ada tanggapan positif dari petani.
Itu disebabkan jenis tembakau yang biasa digunakan sebagai pembungkus cerutu tersebut jika tidak terbeli perusahaan rokok, akan sulit dipasarkan di pasaran lokal.
Selain itu, lahan yang digunakan harus memiliki kandungan air yang cukup, sementara di sebagian besar lahan pertanian di Madura merupakan lahan tadah hujan dengan kandungan air sedang.
“Sementara petani tembakau di sini masih mengandalkan pabrik rokok, dan jika tembakau mereka tidak terbeli oleh pabrik mereka berharap bisa dijual di pasaran lokal untuk bahan rokok lintingan,” katanya.
Bagi petani tembakau Madura, varietas prancak dan cangkring yang merupakan jenis tembakau semiaromatik masih menjadi andalan dalam budi daya tembakau. Bahkan, tanaman tersebut, dijuluki si daun emas karena setelah panen mereka bisa membeli emas untuk tabungan.
- Home
- Category
- POLKAM
- FOKUS
- EKONOMI
- MEGAPOLITAN
- OPINI
- SUARA ANDA
- NUSANTARA
- HUMANIORA
- INTERNASIONAL
- OLAHRAGA
- SELEBRITAS
- EDITORIAL
- PODIUM
- SELA
- EKONOMI DIGITAL
- PROPERTI
- KESEHATAN
- OTOMOTIF
- PUNGGAWA BUMI
- BELANJA
- JENDELA BUKU
- WAWANCARA
- TIFA
- PESONA
- MUDA
- IKON
- MEDIA ANAK
- TRAVELISTA
- KULINER
- CERPEN
- HIBURAN
- INTERMEZZO
- WEEKEND
- SEPAK BOLA
- KOLOM PAKAR
- GARDA NIRBAYA
- BULAKSUMUR
- ICON
- REKA CIPTA ITB
- SETARA BERDAYA
- EDSUS HUT RI
- EDSUS 2 TAHUN JOKOWI-AMIN
- UMKM GO DIGITAL
- TEKNOPOLIS
- EDSUS 3 TAHUN JOKOWI-AMIN
- PROMINEN
- E-Paper
- Subscription History
- Interests
- About Us
- Contact
- LightDark
© Copyright 2020
Media Indonesia Mobile & Apps.
All Rights Reserved.