WAWANCARA

PROF. ENDANG AMINUDIN AZIZ : Upaya Mengglobalkan Bahasa Indonesia

Min, 24 Apr 2022

PERNYATAAN Perdana Menteri Malaysia Datok Sri Ismail Sabri Yaakob jika Presiden Jokowi setuju untuk menjadikan bahasa melayu sebagai ASEAN menjadi polemik. Bukan saja karena pemerintah, melalui Menlu Retno Marsudi menyatakan jika Indonesia masih mengkaji usulan Malaysia itu, tetapi publik juga mempertanya­kan kelayakan bahasa Melayu sebagai bahasa ASEAN.
Mendikbud Ristek Nadiem Makarim telah dengan tegas menolak. Lalu bagaimana sebenarnya peluang bahasa Indonesia sendiri menjadi bahasa ASEAN? Bagaimana pula upaya internasionalisasi bahasa Indonesia? Berikut wawancara Media Indonesia dengan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia Kemendikbud-Ristek Prof Endang Aminudin Aziz, terkait hal itu pada Kamis, (21/4).

Bagaimana sebenarnya parameter suatu bahasa bisa menjadi bahasa ASEAN?


Harus dibedakan terlebih dahulu antara bahasa resmi organisasi atau bahasa pengantar. Di ASEAN, tidak ada istilah bahasa resmi (official language). Yang ada adalah bahasa kerja (working language), yakni bahasa Inggris. Sementara penggunaan bahasa-bahasa lain, dipersilakan.
Malaysia ingin mendeklarasikan Melayu sebagai bahasa resmi. Padahal, ini adalah working language. ASEAN punya kaidah dalam rapat, ketentuan mengenai jika ada satu usulan tidak disetujui oleh seluruh anggota negara ASEAN, itu tidak bisa berlaku.
Justru yang kami pikirkan adalah, bagaimana bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar. Bukan bahasa resmi di ASEAN. Nah, apakah bahasa pengantar itu perlu deklarasi? Tidak diperlukan. Namanya lingua franca, siapa saja yang mau menggunakan, oleh masyarakat mana saja, itu terserah. Yang menentukan ialah penuturnya.
Dalam sejarahnya di Indonesia, ketika bahasa melayu dijadikan bahasa persatuan, itu bukan karena paling banyak penuturnya. Saat itu paling banyak penuturnya ialah bahasa Jawa. Namun, Mela­yu yang dipilih karena itu yang paling banyak dipakai sebagai bahasa pengantar, dan lebih banyak dimengerti banyak orang, terutama untuk perjuangan.

Jika tidak perlu dideklarasikan apa pentingnya suatu bahasa, termasuk bahasa Indonesia, menjadi bahasa pengantar di ASEAN?


Ini masalah identitas bangsa. Berarti bahasa Indonesia diakui oleh orang lain. Ketika digunakan oleh banyak orang, lama-kelamaan akan mengglobal dan itu akan berpengaruh ke sektor-sektor lain, seperti perekonomian, soal mobilitas manusianya menjadi tidak susah dari satu tempat ke tempat lain.
Secara politik, juga diuntungkan sebagai negara berpenduduk besar. Nah, secara politik itu tadi akan dinyatakan semakin kuat juga jika kemudian dalam konteks budaya, orang akan mempelajarinya ada efek domino.

Bagaimana sebenarnya bahasa Indonesia membedakan di....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement