PANAS siang itu tidak menghalangi keasyikan dua nelayan, Sarina, 43, dan Roman, 45, mengobrol di atas kapal. Mereka berada di muara Sungai Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Jejeran kapal nelayan lainnya juga terlihat di samping kiri dan kanan kapal miliik Roman. Sesekali terlihat kapal nelayan yang masuk menuju muara untuk menambatkan kapal seusai melaut.
Sambil memperbaiki jaring, Roman menimpali obrolan Sarina soal tangkapan hari ini. Roman mengaku hanya bisa mendapatkan 2,5 kilogram rajungan. Padahal biasanya ia bisa mendapatkan 10-12 kilogram rajungan sekali melaut. “Ombaknya sedang tinggi, tidak berani melaut jauh-jauh,” tuturnya.
Dengan kapal 3 gros ton (GT) Roman dan seorang temannya tidak bisa melaut terlalu jauh. “Kapal kami kecil, kekuatannya terbatas. Bisa-bisa terbalik nanti.”
Karena itu, paling jauh Roman hanya bisa melaut sejauh 2 mil dari bibir pantai.
Baik Sarina maupun Roman mengakui saat ini untuk mencari rajungan cukup sulit. Mereka harus melaut terlebih dahulu hingga 3 jam baru menebarkan jaring.
“Padahal dulu cukup melaut setengah jam, tebar jaring, rajungan banyak didapatkan. Rajungan yang didapat pun melimpah, bisa mencapai 50 kilogram,” tutur Roman.
Kondisi yang sama membuat Sarina tidak lagi menangkap rajungan. Kini, ia memilih membudidayakan kerang hijau. Setelah menanam selama 6 bulan di beberapa titik, kini setiap hari ia bisa panen kerang hijau.
“Memang harganya tidak sebagus rajungan, tapi lumayan daripada tidak mendapatkan penghasilan sama sekali,” tuturnya.
Kerang hijau bisa dijual dengan harga Rp2.000-Rp3.000 per kilogram. Lumayan untuk membuat dapur tetap ngebul.