RAMADAN dan Paskah menjadi momentum untuk terus memupuk cinta kasih dan toleransi sembari membuang arogansi beragama guna meraih kemenangan diri.
‘’Sukacita kedua umat beragama memperingati Ramadan dan Trihari Suci Paskah akan sia-sia tatkala umat masih belum bisa memenangkan diri dari nafsu, kebodohan, egoisme, dan arogansi beragama,’’ ujar Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Pendeta Jimmy Sormin dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Menurut Jimmy dalam konteks kekristenan, perayaan Paskah sejatinya dimaknai sebagai momen untuk mengingat pengorbanan Kristus di kayu salib untuk menebus dan menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Dalam hal ini cinta kasih dibuktikan melalui pengorbanan.
‘’Membangun cinta dan toleransi itu butuh pengorbanan dan kesungguhan. Marilah kita mengambil momentum ini untuk saling membangun, berbagi, berkolaborasi, menyumbangkan, dan mengontribusikan energi positif untuk kemaslahatan bangsa,’’ kata Jimmy.
Sementara itu, ibadah perayaan Jumat Agung di sejumlah daerah berjalan dengan lancar dan khidmat, kemarin. Tradisi Jalan Salib kembali digelar setelah sempat terhenti selama dua tahun karena pandemi covid-19.
Di Gereja Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya, tradisi tersebut digelar mulai pukul 08.00 WIB menjelang Misa Jumat Agung sebagai salah satu rangkaian ibadah Tri Hari Suci. Namun, pelaksanaan Jalan Salib kali ini berbeda dengan sebelum pandemi. Tidak ada teatrikal atau peragaan yang menggambarkan masa-masa terakhir Yesus.
Prosesi Semana Santa di Reinha Larantuka, Flores Timur, untuk ketiga kalinya juga ditiadakan karena alasan pandemi. Sejak 18 Maret lalu, Uskup Larantuka Mgr Fransiskus Kopong Kung sudah mengeluarkan surat edaran yang menjelaskan prosesi Semana Santa belum bisa dilakukan karena dikhawatirkan bisa menularkan covid-19 karena kerumunan ....