INTERNASIONAL

Rasialisme Politisi India Berbuah Kesengsaraan Diplomatik

Min, 12 Jun 2022


MIMPI buruk diplomatik India akibat komentar kontroversial yang dibuat oleh dua pejabat senior partai yang berkuasa di negara itu terkait Nabi Muhammad tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
UEA, Oman, Indonesia, Irak, Maladewa, Yordania, Libia, dan Bahrain telah bergabung dengan negara-negara di dunia Islam yang mengutuk pernyataan tersebut. Sebelumnya, Kuwait, Iran, dan Qatar telah memanggil duta besar India untuk menyatakan protes, dan Arab Saudi telah mengeluarkan pernyataan tegas.
Sosok di balik kontroversi ini ialah Nupur Sharma, juru bicara partai nasionalis Hindu, Bharatiya Janata Party (BJP). Dia membuat pernyataan itu dalam debat di televisi bulan lalu dan video pernyataannya kemudian menjadi viral. Naveen Jindal, kepala media dari unit partai Delhi, juga mengunggah cuitan di Twitter yang provokatif tentang masalah tersebut.
Kritikus mengatakan komentar Sharma dan Jindal mencerminkan polarisasi agama yang mendalam yang telah disaksikan di negara itu selama beberapa tahun terakhir. Ujaran kebencian dan serangan terhadap muslim meningkat tajam sejak BJP berkuasa pada 2014.
Komentar mereka--terutama Sharma--membuat marah komunitas muslim di negara itu, yang memicu protes sporadis di beberapa negara bagian. BBC tidak mengulangi pernyataan Sharma karena bersifat ofensif.
Kedua pemimpin telah mengeluarkan permintaan maaf publik dan partai telah menskors Sharma dan mengeluar­kan Jindal.
“BJP mengecam keras penghinaan terhadap setiap tokoh agama dari agama apa pun. BJP juga menentang ideologi apa pun yang menghina atau merendahkan sekte atau agama apa pun. Dikatakannya dalam sebuah pernyataan, BJP tidak mendukung orang atau filosofi seperti itu.
Akan tetapi, para ahli mengatakan bahwa tanggapan BJP mungkin tidak cukup setelah apa yang tampak seperti masalah internal negara itu berubah menjadi masalah internasional. Kemarahan dunia Islam terlihat dari beberapa pernyataan negara-negara tersebut.
Qatar mengatakan pihaknya mengharapkan permintaan maaf publik dari India.
“Membiarkan pernyataan Islamofobia seperti itu berlanjut tanpa hukuman merupakan bahaya besar bagi perlindung­an hak asasi manusia serta dapat menyebabkan prasangka dan marginalisasi lebih lanjut, yang akan menciptakan siklus kekerasan dan kebencian,” kata Kementerian Luar Negeri Qatar.
Arab Saudi pun menggunakan bebera­pa kata yang keras dalam pernyataannya. “Kementerian luar negeri menyatakan kecaman atas pernyataan yang dibuat oleh juru bicara BJP,” katanya.
Duta Besar India untuk Qatar, Deepak Mittal, mengatakan pernyataan dari beberapa ‘elemen pinggiran’ tidak mewakili pandangan pemerintah India. Para pemimpin senior BJP dan diplomat lainnya juga mengecam pernyataan kontroversial tersebut.
Sebanyak 57 anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Pakistan juga mengkritik India. Namun, Delhi mengkritik keduanya, dengan mengatakan bahwa komentar mereka tidak beralasan dan berpikiran sempit.
Analis mengatakan bahwa pimpinan puncak partai dan pemerintah mungkin harus membuat pernyataan publik tentang masalah itu. Jika itu tidak dilakukan, kata mereka, ada risiko rusaknya hubungan India dengan dunia Arab dan Iran.

Banyak yang Dipertaruhkan
Perdagangan India dengan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), yang meliputi Kuwait, Qatar, Arab Saudi, Bahrain, Oman, dan UEA, mencapai US$87 miliar pada 2020-2021. Jutaan orang India tinggal dan bekerja di negara-negara itu dan mengirim jutaan dolar dalam bentuk remitansi ke negara asalnya. Wilayah itu juga merupakan sumber utama impor energi India.
Perdana Menteri India Narendra Modi telah menjadi pengunjung tetap ke kawasan tersebut sejak berkuasa pada 2014. Negaranya telah menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan UEA dan sedang dalam pembicaraan dengan GCC untuk kesepakatan yang lebih luas.
Modi terkenal setelah menghadiri upacara peletakan batu pertama kuil Hindu pertama di Abu Dhabi pada 2018--itu disebut sebagai contoh hubungan yang berkembang antara India dan kawasan tersebut.
Dengan latar belakang itu, keputusan UEA untuk bergabung dengan ‘paduan suara melawan India’ cukup signifikan. Hubungan di antara kedua negara telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. UEA juga mendukung India di forum multinegara.
Para ahli mengatakan kontroversi itu bisa membayangi beberapa keberhasilan diplomatik India baru-baru ini dengan UEA dan negara-negara lain.
Adapun hubungan Delhi dengan Teheran telah agak memanas selama beberapa tahun terakhir. Kontroversi tersebut dapat membayangi kunjungan mendatang Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian ke India.
Mantan diplomat lainnya, Anil Trigunayat, yang pernah bertugas di dunia Arab, mengatakan bahwa India berada dalam situasi yang sulit dan hanya upaya tulus di tingkat kepemimpinan yang dapat mencegah dampak negatif.
Analis lain mengatakan biaya diplomatik dari kejatuhan itu bisa sangat merugikan kepentingan India di kawasan tersebut.
“Pejabat India sering bereaksi defensif ketika ibu kota asing, termasuk teman dekat New Delhi, mengkritik masalah domestik India. Namun, dalam kasus ini, mengharapkan diplomat India be­kerja cepat untuk meredakan ketegangan dengan permintaan maaf dan bentuk pengendalian kerusakan lainnya,” kata Michael Kugelman, Wakil Direktur Prog­ram Asia di think-tank Wilson Center.
Negara-negara Arab juga ingin mengambil tindakan nyata untuk meredakan kemarahan di tengah rakyat mereka sendiri. Tagar yang mengkritik India telah menjadi tren di negara-negara tersebut dan insiden itu telah menjadi berita utama di media mereka.
Beberapa dari tagar tersebut menyerukan boikot produk India. Ada juga laporan beberapa toko di Qatar dan Kuwait menyingkirkan produk India dari rak mereka. Sebuah tanda dalam bahasa Arab di supermarket Al-Ardiya Co-Operative Society di Kuwait berbunyi, “Kami telah menyingkirkan produk India.”
Akan tetapi, para analis termasuk Kugelman percaya bahwa terlepas dari kemarahan publik tersebut, hubungan itu penting bagi GCC dan India, dan kedua belah pihak akan berupaya untuk mengurangi risikonya.

Polarisasi meningkat
Kritikus mengatakan polarisasi agama telah meningkat di India sejak BJP berkuasa. Beberapa minggu terakhir ini telah menjadi sangat tegang setelah beberapa kelompok Hindu pergi ke peng­adilan lokal di Varanasi untuk meminta izin berdoa di sebuah masjid yang ber­usia berabad-abad, dengan mengklaim bahwa itu dibangun di atas reruntuhan kuil yang dihancurkan.
Saluran TV telah mengadakan debat provokatif dan media sosial melihat kebencian yang merajalela atas masalah itu. Banyak orang yang terkait dengan organisasi sayap kanan sering membuat pernyataan kontroversial di acara TV, tetapi kritikus mengatakan Sharma bukan ‘elemen pinggiran’ seperti yang diklaim BJP. Dia adalah juru bicara resmi partai, yang bertugas mewakili pandangan BJP.
Analis menambahkan bahwa dampak internasional atas kontroversi itu harus menjadi peringatan bagi India, dan mereka harus belajar bahwa politik yang memecah belah bisa memiliki konsekuen­si internasiona....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement