MENJADI anak Indonesia hari ini serupa menapaki jalan setapak di tengah hutan digital yang lebat. Ada cahaya yang bersinar di antara ranting, ilmu pengetahuan, peluang, jendela dunia terbuka lebar. Namun, ada pula akar-akar disrupsi yang menjegal, jurang kesenjangan pendidikan yang menganga, dan kabut nilai sosial yang kian mengaburkan arah. Anak-anak kita tumbuh, tetapi tak selalu tahu ke mana harus berakar.
Ketika kita bicara tentang ‘anak hebat’, yang terbayang bukan hanya wajah-wajah cemerlang di podium lomba atau angka-angka di rapor yang memukau. Anak hebat adalah ia yang menatap dunia dengan empati, berdiri di antara yang lemah dan tertindas dengan keberanian, serta mampu lentur, tanpa patah dalam pusaran zaman yang berganti cepat. Inilah anak seperti yang dibayangkan Ki Hadjar Dewantara; anak yang tahu siapa dirinya dan tahu dunia tempa....