MEGAPOLITAN

Rencana tidak Matang dan tidak Efektif

Sel, 07 Des 2021

PROGRAM sumur resapan sejatinya memiliki tujuan baik untuk mengurangi genangan air atau banjir. Hal ini sempat diutarakan oleh Pemprov DKI sebagai salah satu upaya dalam penanganan banjir.

Lubang-lubang sumur resapan ini memiliki peran untuk menyerap air yang berasal di atas permukaan tangah sehingga disebut dapat mengurangi aliran pada permukaan dan mencegah terjadinya genangan air yang berlebih.

Namun, pembangunan sumur yang memakan badan jalan umum menjadi mula polemik bermunculan di publik.

Suara-suara ini utamanya datang dari pengendara atau pengguna jalan yang keselamatannya terancam. Lantaran tinggi permukaan sumur yang lebih ren dah ketimbang tinggi jalan ini yang membuat khawatir pengguna jalan. Hal ini pun disuarakan oleh Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi.

“Merusak, mengambil sebagian ruang badan pada jalan dan menghambat pengguna lalu lintas,” kata Pras, sapaan akrabnya.

Lebih lanjut dijelaskan, sumur resapan yang didesain untuk memasukkan air hujan ke dalam tanah sangat tidak efektif diterapkan di Ibu Kota. Pasalnya, pembangunan sumur resapan ini, menurutnya, justru merusak jalanan yang sebelumnya mulus menjadi bergelombang.

“Sangat merugikan banyak pengguna jalan karena jalanan menjadi bergelombang, berbeda tinggi, bahkan beberapa waktu lalu kita semua mendengar kalau ada sumur resapan yang baru dibangun, tapi langsung jebol,” paparnya.

Selain itu, anggota Komisi B DPRD DKI Gilbert Simanjuntak juga melihat hal tersebut membahayakan pengguna jalan. Menurutnya, perlu ada perbaikan tinggi permukaan sumur resapan yang sudah ada di jalan saat ini. Salah satunya sumur resapan yang ada di Jalan Durian, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

“Membuat sumur resapan lebih rendah daripada jalan juga berbahaya, khususnya buat pengendara motor. Sebaiknya ini diperbaiki sebelum ada korban,” kata Gilbert.

Lebih lanjut dijelaskan, ia melihat sumur resapan yang di buat di jalanan umum kurang mempunyai perencanaan yang baik. Hal ini bisa dilihat dari penempatan lokasi, perencanaan jumlah, hingga teknis di lapangan.

“Tidak ada standar yang sama kalau kita lihat pengerjaannya. Seakan hanya mengejar target jumlah karena sudah di akhir tahun anggaran sehingga proyek harus selesai,” ujarnya.

Pengamat Tata Kota, Nirwono Joga, meng kritik jika Pemprov DKI Jakarta tidak mempunyai rencana yang matang terkait pembangunan sumur resapan, seperti penempatan titik-titik sumur banyak yang tidak tepat di antaranya di trotoar, dekat Banjir Kanal Timur (BKT) atau sekitar kali/kanal.

“Hal ini karena mereka tidak memiliki rencana induk pembangunan sumur resapan,” ujarnya.

Sementara itu, dari sisi dampak terhadap penanganan banjir, Nirwono meragukan hal ini. Pasalnya, sumur resapan bukan solusi atasi banjir melainkan hanya membantu untuk meresapkan genangan hujan dalam skala mikro. Seperti mengurangi genangan air di halaman rumah dan taman.

Dari peristiwa curah hujan tinggi dan banjir saat bulan November, ia melihat sumur resapan tidak memberikan dam pak yang signifi kan. Karena masih banyak titik-titik banjir di Jakarta yang tidak mengalami pengurangan.

“Titik banjir tidak banyak berubah, lalu efektivitas sumur resapan juga tidak banyak. Ini banyak warga yang mengeluhkannya. Artinya, penempatan titik sumur tidak tepat,” imbuhnya.

Oleh karena itu, ia menekankan sebaiknya pembangunan sumur resapan diserahkan kepada setiap warga sehingga bisa membangun sendiri di halaman rumah masing-masing.

Hal tersebut lebih tepat dilakukan ketimbang menggunakan dana anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) ataupun dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) dari p....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement