'RASANYA aku sudah tak berjiwa lagi, seperti selembar wayang di tangan ki dalang', kata Sanikem, salah satu karakter perempuan dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer.
Februari 2025 menandai 100 tahun kelahiran Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis besar yang telah meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah sastra Indonesia. Pram, begitu ia biasa dipanggil, bukan sekadar penulis yang piawai merangkai kisah, melainkan seorang pembongkar realitas. Ia menguak ketimpangan yang menyelimuti masyarakat dengan kemampuan dan keberanian yang tak banyak dimiliki oleh penulis lain.
Seratus tahun setelah kelahirannya, gagasan-gagasan Pram tetap relevan dibicarakan. Karya-karyanya tidak hanya bercerita tentang manusia dan kehidupan, tetapi juga tentang bagaimana sistem sosial bisa menjerat mereka yang berada di lapisan terbawah. Salah satu kelompok yang paling sering ia soroti ialah kaum perempuan. Mereka bahkan harus berjuang menghadapi tiga bentuk ketidakadilan sekaligus: rasialisme, klasisme, dan seksisme. Dalam beberapa novelnya, mereka digambar....