EKONOMI

Tahan Bunga, BI Sedia Stimulus Padat Karya

Kam, 17 Okt 2024

BANK Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di level 6%. Pemangkasan lebih jauh tidak dilanjutkan kendati perekonomian menunjukkan “BI memutuskan mempertahankan BI rate di level 6%. Fokus kebijakan moneter jangka pendek pada stabilitas nilai tukar rupiah karena meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Jakarta, kemarin.

Perry menjelaskan tentang nilai tukar rupiah per 15 Oktober yang melemah sebesar 2,82% point-to-point dari bulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, kurs rupiah yang melemah 1,17% masih lebih baik ketimbang peso Filipina, dolar Taiwan, dan won Korea yang terdepresiasi sebesar 4,25%, 4,58%, dan 5,62%.

“Kami masih meyakini rupiah bisa mengarah stabil dan cenderung menguat ke depannya,” ucap Perry.

Di sisi lain, BI menyiapkan stimulus untuk mendukung penciptaan lapangan kerja dengan menggairahkan sektor padat karya. Perry mengatakan pihaknya akan memperluas insentif kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM) pembiayaan perbankan.

Saat ini insentif hanya mengarah ke sektor padat modal seperti hilirisasi mineral dan otomotif. Mulai Januari 2025, insentif KLM itu diperluas ke segmen perdagangan besar dan eceran, pertanian, industri pengolahan atau manufaktur, perumahan, dan transportasi.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja memaklumi langkah BI yang menahan suku bunga acuan. Keputusan itu dinilai realistis melihat dampak eksternal yang meningkat.

“Belum lagi dalam minggu-minggu ini secara domestik kita akan melakukan transisi kepemimpinan yang bisa menciptakan volatilitas dan spekulasi pasar yg berlebihan,” terang Shinta.

Kendati begitu, Shinta berharap ke depan BI dapat memangkas suku bunga. Dalam kaitan itu, ekonom Bank Danamon Indonesia Hosianna Evalita Situmorang menyebut penggerak ekonomi bukan selalu bergantung dari sisi bunga acuan.

BI dapat menerapkan kebijakan makroprudensial yang longgar untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sekto....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement