MEGAPOLITAN

Asam Manis Penghuni Rusun

Sel, 23 Agu 2022

TERIAKAN anak-anak menemani langkah Media Indonesia saat mengunjungi Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Pesakih di Daan Mogot, Jakarta Barat, Sabtu (20/8) sore.

Angin yang bertiup lembut membuat hawa tak terlalu panas. Anak-anak tampak terus berlarian dan bergantungan di taman bermain.

Selain anak-anak yang bermain, sejumlah penghuni rusun sibuk beraktivitas. Ada yang duduk di taman bermain sambil mengobrol dengan sesama penghuni. Kemudian ada pula sejumlah penghuni yang tengah membeli jajanan di sisi taman. “Kalau sore begini, banyak anak-anak yang bermain di luar,” ujar Nur Amalia.

Perempuan berusia 48 tahun itu duduk di lantai dasar tower Rusunawa Pesakih yang memiliki enam lantai. Di depannya berjejer sepeda motor yang terparkir. Nur, sapaannya, baru saja kembali dari minimarket untuk membeli sesuatu.

Nur yang sehari-hari berjualan di sebuah warung di Rusunawa Pesakih telah menetap selama hampir delapan tahun. Ia bersama suami dan dua anaknya pindah dari Rusun Tambora pada akhir 2014. Saat itu, Rusunawa Pesakih baru selesai dibangun.

Suaminya mengajukan untuk mendapatkan hak sewa. Setelah memenuhi syarat administrasi, Nur dan keluarganya pindah ke Rusunawa Pesakih.

Mereka menyewa satu unit dengan harga Rp300 ribu per bulan. Unit tersebut terdiri atas ruang tamu, dua kamar tidur, dapur, kamar mandi, dan tempat jemur pakaian. Harga sewa juga sudah termasuk air, keamanan, kebersihan, parkir kendaraan, dan koneksi internet. Namun, untuk listrik, penghuni harus bayar sendiri dengan sistem token.

“Bayar per bulannya ditransfer. Jadi, sebelumnya disuruh membuat rekening Bank DKI,” ujarnya.

Pandemi covid-19 juga ternyata menyimpan hikmah. Harga sewa kemudian dihapus seiring dengan pandemi covid-19 menyerang Jakarta.

Sejak 2020, penghuni di Rusunawa Pesakih tidak membayar sewa alias gratis. Hal itu mengingat penghuni yang kebanyakan pedagang kesulitan berjualan dan pendapatan jauh berkurang selama pandemi. “Sudah dua tahun ini tidak bayar. Pemerintah mungkin mengerti kondisi penghuni di sini,” tandas Nur.

Meski demikian, di balik biaya sewa yang gratis, ada hal yang ia keluhkan. Nur mengaku fasilitas seperti air bersih belum terpenuhi. Air yang disediakan keruh dan berwarna kecokelatan. Nur mengaku tidak bisa menggunakan air tersebut untuk memasak dan mencuci pakaian.

Akhirnya ia membeli air galon untuk keperluan memasak dan mencuci. Dalam satu bulan Nur bisa mengeluarkan uang Rp200 hingga Rp300 ribu untuk membeli air. Ia tak punya pilihan selain membeli air galon. “Airnya tidak bisa untuk diminum. Warnanya sudah seperti teh. Beli air justru lebih mahal dari sewa,” katanya.

Walaupun demikian, terlepas dari kebutuhan air bersih, Nur mengaku tempat tinggalnya saat ini sudah lebih dari cukup sebagai tempat berteduh dari panas dan hujan. Ia mengaku bersyukur telah mendapatkan hunian yang layak melalui program pemerintah. “Hingga saat ini menyewa mungkin opsi terbaik sambil menambah tabungan,” ujarnya.

Dari tahun ke tahun, Nur mengaku Rusunawa Pesakih mulai menjadi hunian yang layak dan nyaman. Sejumlah fasilitas seperti taman bermain, sekolah, dan puskesmas berada dalam kawasan Rusunawa Pesakih.

Cerita berbeda dialami penghuni Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami) Bandar Kemayoran, Jakarta Pusat. Rusunami Bandar Kemayoran dibuat pemerintah untuk membantu masyarakat yang belum mempunyai rumah melalui sistem uang muka Rp0.

Salah satu penghuni, Aji, menuturkan fasilitas di Rusunami Bandar Kemayoran cukup lengkap dengan adanya lift dan taman bermain. Namun, ia mengeluhkan kurangnya perawatan secara berkala.

Aji berharap semua penghuni dapat saling menjaga fasilitas yang ada di rusunami tersebut. Selain itu, ia pun meminta ada perhatian langsung dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui dinas terkait. (Rahmatul Fajri/Moham....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement