Autoimun, Bolehkah Divaksin?

DALAM testimoninya di akun Instagram @autoimun.id., Dr dr Lukman Edwar SpM (K) yang juga penyandang autoimun memberanikan diri divaksin covid-19 karena pertimbangan profesinya sebagai tenaga kesehatan dan sudah mencapai remisi. Ia terdiagnosis Sjogren’s syndrome sejak 30 tahun lalu dengan gejala on off dan status remisi. Hal itu berbeda dengan drg Siska Liliana Muliadi yang memutuskan tidak divaksin meskipun ia nakes dan sudah berstatus remisi. Dokter Siska memiliki autoimun jenis Antiphospholipid syndrome sejak 2007. ‘Dokter yang melakukan vaksinasi mengetahui bahwa saya adalah penyintas autoimun dan tidak merekomendasikan saya untuk divaksin covid-19’, tulisnya di laman yang sama. Dari kedua pengalaman itu dapat dipahami bahwa vaksinasi covid19 pada orang dengan autoimun (ODAI) memang tidak bisa sembarang dilakukan. Perlu alasan kuat dan itu pun harus dengan seizin dokter yang menangani. Sikap ini serupa dengan pasien kanker yang juga masih menunggu lampu hijau vaksinasi covid-19. Dokter Sandra Sinthya Langow, internis konsultan reumatologi Siloam Hospital Lippo Village, menjelaskan ODAI termasuk kelompok rentan terinfeksi covid-19, serupa dengan pasien kanker atau orang lanjut usia (lansia). Dua penyebabnya ialah penyakit yang dialami ODAI dan obat imunosupresan yang dikonsumsi ODAI bisa menurunkan daya tahan tubuhnya. Merujuk pada penelitian di Italia, dokter Sandra menyebutkan bahwa angka kejadian ODAI terkena covid19 lebih tinggi daripada populasi umum. “Penyandang autoimun yang terkena covid-19 lebih banyak mendapatkan perawatan di rumah sakit daripada orang biasa. Kalau kondisinya mengkhawatirkan, sudah pasti penyandang autoimun harus rawat inap,” terangnya dalam video edukasi yang disampaikan di akun Instagram @autoimunrematikinfo. Dokter Sandra menyatakan, hingga saat ini ODAI belum boleh mendapatkan vaksin covid-19 karena menunggu hasil penelitian atau data ilmiah untuk kelompok ini. “Menunda vaksinasi bukan berarti berbahaya, tapi ditunda sementara waktu,” imbuhnya.