EKONOMI

Batu Bara makin Membara

Sen, 07 Mar 2022

KONFLIK antara Rusia dan Ukraina berdampak pada ketidakpastian per ekonomi an global, terutama pada kenaikan harga sejumlah komoditas. Tengok saja harga minyak mentah yang segera bertengger di atas US$100 per barel sejak ledakan pertama terdengar di Ukraina seusai Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (24/2) lalu mengumumkan pelaksanaan operasi militer ke negara tetangganya tersebut.

Saat ini harga minyak mentah mondar-mandir di level US$110-an per barel dan bukan tidak mungkin menyamai rekor tertinggi pada 2008 yakni hampir US$150 per barel.

Yang lebih fantastis ialah kenaikan harga batu bara. Harganya langsung terbang tinggi menembus level tertinggi sejarah yakni US$275 ton. Pada perdagangan pekan lalu, level tertinggi dalam sejarah yakni US$440 per ton tercipta. Setelah sempat rehat sementara untuk turun ke level US$370, kini harga batu bara anteng berada di level US$400-an per ton.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa berpendapat konflik Rusia-Ukraina yang terus berlangsung memicu lonjakan pada harga energi fosil karena ketatnya pasokan dan permintaan yang masih tinggi.

“Total ekspor batu bara Rusia mencapai 110 juta ton, sekitar 50 juta ke Tiongkok. Dengan adanya kendala pembayaran untuk impor batu bara dari Rusia (karena sanksi ekonomi), buyer Tiongkok harus mencari sumber pasokan baru. Ini menjadi kendala baru,” ucapnya.

Kepala Departemen Ekonomi Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri dalam Primetime News Metro TV pada Jumat (5/3) berujar, dengan semakin ketatnya sanksi ekonomi dari negara sekutu Amerika Serikat terhadap Rusia, efek guncangan perekonomian dunia bakal terjadi dalam waktu singkat atau dalam kurun waktu satu hingga dua bulan ke depan.

Baik Rusia maupun Ukraina dikatakan memiliki ketergantungan tinggi terhadap perdagangan internasional, seperti impor barang dari Tiongkok, India, Jepang, Inggris, AS, dan negara Eropa Timur lainnya.

“Semakin ketatnya pembatasan transaksi ke Rusia berdampak pada perekonomian global. Perekonomian Rusia ini cukup memiliki ketergantungan yang kuat pada internasional. Dalam perdagangan, ekspor mengambil 25% dan impor 20%,” sebutnya.

Namun, di satu sisi, negara Eropa lain dinilai sudah mulai ketar-ketir dengan ancaman Rusia terkait penyetopan pasokan gas. Dari data BP Statistical, gas Rusia yang mengalir ke Eropa mencapai 167,7 miliar meter kubik di 2020 atau setara 37,5% total impor gas alam Eropa.

“Negara lain akan mengantisipasi dengan mencari sumber alternatif lain. Contoh Italia yang siap memakai batu bara lagi, dibandingkan bertahan mengandalkan gas dari Rusia,” kata Yose.


undefinedAlat berat beroperasi di salah satu tambang batu bara di Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Dok. MI
....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement