EKONOMI

BI Rate Dipangkas Insentif Disiapkan

Rab, 25 Sep 2024

PEMERINTAH memastikan bakal mengeluarkan berbagai kebijakan insentif seiring dengan turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) dan Bank Sentral AS (Fed Fund Rate/FFR). Hal itu untuk mempercepat laju perekonomian yang sempat terganjal oleh tingginya suku bunga bank.

“Pemerintah juga menyinergikan kebijakan moneter dan makroprudensial Bank Indonesia dengan kebijakan di sektor riil,” ujar Deputi I Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Ferry Irawan, kemarin.

Pemerintah, lanjutnya, sadar betul era penurunan bunga acuan bank sentral berpeluang dimulai. Pemangkasan bunga acuan, baik yang dilakukan Bank Indonesia maupun The Fed, telah memberi sinyal positif dan membawa angin segar bagi perekonomian Indonesia.

Hal itu dinilainya dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi dengan mengurangi biaya kredit dan meningkatkan likuiditas di pasar keuangan. Karenanya, hal tersebut diyakini bakal membuka peluang, terutama dalam meningkatkan investasi dan menciptakan lapangan kerja.

“Ketika biaya produksi turun, dunia usaha dapat meningkatkan produktivitasnya dan mendorong aktivitas produksi lebih lanjut,” tutur Ferry.

Pemerintah, lanjutnya, telah menerbitkan kebijakan fiskal yang mendukung. Teranyar ialah kelanjutan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ditanggung pemerintah (DTP) di sektor perumahan yang diatur dalam PMK No 61/2024 tentang Insentif PPN DTP Sektor Perumahan atas Penyerahan Rumah Tapak dan Satuan Rumah Susun yang Ditanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2024, berlaku sejak 11 September 2024.

Kebijakan tersebut merupakan perpanjangan PPN DTP perumahan sebesar 100% untuk periode September hingga Desember 2024. PPN DTP diberikan sebesar 100% dari PPN terutang atas DPP hingga Rp2 miliar dengan harga jual maksimum Rp5 miliar. “Stimulus fiskal ini dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat, bahkan sebelum penyesuaian suku bunga perbankan, karena mengurangi biaya transaksi dalam pembelian rumah,” kata Ferry.

Dalam Taklimat Media Bank Indonesia, kemarin, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juli Budi Winantya memperkirakan inflasi di AS kian mendekati sasaran inflasi jangka menengah sebesar 2% di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pengangguran.

Prospek inflasi AS yang lebih rendah, pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan melambat pada triwulan III 2024, dan pengangguran AS lebih tinggi pada Agustus 2024 mendorong potensi penurunan kembali Fed Fund Rate lebih besar dan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, yakni tiga kali pada tahun 2024 dan empat kali pada 2025.

Sebelumnya, The Fed pada Rabu (18/9) lalu telah memangkas suku bunga FFR sebesar 50 bps ke kisaran 4,75%-5%. Di samping itu, yield UST (US Treasury) terus menurun dengan spread antara yield UST 10 tahun dan yield UST 2 tahun yang mulai positif.

Penurunan itu mengakibatkan adanya peningkatan aliran modal ke negara-negara berkembang (emerging markets), diiringi dengan kenaikan komposisi penempatan aliran modal masuk ke aset jangka p....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement