TAHUN ini bukan menjadi tahun yang memuaskan bagi para investor pemburu saham di pasar perdana atau IPO.
Pergerakan harga emiten yang baru IPO tidak semenarik pada tahun-tahun sebelumnya. Bahkan mendekati penghujung tahun ini, tidak sedikit dari mereka yang harga sahamnya langsung berguguran sampai menyentuh auto rejection bawah (ARB) atau turun hingga -50% secara year to date (ytd) meski juga beberapa bergerak lincah naik.
Direktur PT Panin Asset Management, Rudiyanto, menerangkan penyebab harga naik turun itu amat beragam. Mulai aspek fundamental seperti valuasi hingga aspek teknikal karena fear (takut ketinggalan) and greed (serakah) serta bobot saham dari IHSG.
“Untuk case perusahaan IPO, komitmen dari investor pendiri juga penting. Apakah setelah IPO mereka akan melepas kepemilikan atau terus melanjutkan investasinya,” kata Rudiyanto, dihubungi Kamis (24/12).
Rudiyanto memaparkan tips untuk memilih saham IPO yang berprospek menguntungkan. Saham IPO itu secara umum harus memiliki fundamentalnya baik, valuasinya tidak terlalu mahal, dan ada prospek kenaikan laba.
Sebelumnya, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan adanya paradigma saham IPO pasti naik harganya, membuat investor tidak memperhatikan fundamental dari saham perusahaan tersebut. Apalagi, hampir 60% investor di Indonesia sudah merupakan yang ritel.
Harus diakui apa pun sahamnya, pasti ada mekanisme pasar di dalamnya. Maka dibutuhkan kalkulasi untuk mengalkulasi prospek bisnis perusahaan, potensi valuasi di masa yang akan datang, dan mahal murahnya harga IPO saat ini.
“Harus diubah paradigma investor bagaimana melihat saham-saham yang melantai di pasar modal, dan butuh kalkulasi sejauh mana saham perusahaan layak untuk kita beli karena ada potensi valuasi yang akan datang,” kata Nico.
Saat dihubungi terpisah, Analis Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada juga menyayangkan rontoknya nilai saham perusahaan-perusahaan yang baru IPO secara hampir bersamaan.
Padahal, kalau dilihat dari sisi kinerja, emiten-emiten baru itu tidak terlalu buruk walaupun ada juga yang laporan keuangannya kurang baik. Namun, dia katakan seharusnya juga tidak terlalu direspons negatif oleh pasar.
Dia contohkan, seperti halnya IPO PT Mitradaya Telekomunikasi Tbk (MTEL), yang memiliki kinerja dan pangsa pasarnya cukup baik, ditawarkan pada harga IPO Rp 800, yakni investor ritel bisa ambil. Lalu seperti PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) yang sahamnya ditawarkan pada harga 3.080 meski sempat turun, hari ini sahamnya berada di level 3.520 per lembar.
“Kalau dibilang kemahalan rasanya juga tidak. Sepertinya lebih kepada investor memanfaatkan momen IPO untuk melepaskan barang di harga tertentu,” kata Reza.
- Home
- Category
- POLKAM
- FOKUS
- EKONOMI
- MEGAPOLITAN
- OPINI
- SUARA ANDA
- NUSANTARA
- HUMANIORA
- INTERNASIONAL
- OLAHRAGA
- SELEBRITAS
- EDITORIAL
- PODIUM
- SELA
- EKONOMI DIGITAL
- PROPERTI
- KESEHATAN
- OTOMOTIF
- PUNGGAWA BUMI
- BELANJA
- JENDELA BUKU
- WAWANCARA
- TIFA
- PESONA
- MUDA
- IKON
- MEDIA ANAK
- TRAVELISTA
- KULINER
- CERPEN
- HIBURAN
- INTERMEZZO
- WEEKEND
- SEPAK BOLA
- KOLOM PAKAR
- GARDA NIRBAYA
- BULAKSUMUR
- ICON
- REKA CIPTA ITB
- SETARA BERDAYA
- EDSUS HUT RI
- EDSUS 2 TAHUN JOKOWI-AMIN
- UMKM GO DIGITAL
- TEKNOPOLIS
- EDSUS 3 TAHUN JOKOWI-AMIN
- PROMINEN
- E-Paper
- Subscription History
- Interests
- About Us
- Contact
- LightDark
© Copyright 2020
Media Indonesia Mobile & Apps.
All Rights Reserved.