EKONOMI

Dari Usaha Kos-Kosan, Warga Bahodopi Bisa Raih Puluhan Juta

Sen, 18 Nov 2024

BAHODOPI salah satu kecamatan di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, menjadi pusat perhatian dengan pertumbuhan pesat usaha kos-kosan.

Terletak sekitar 53 kilometer dari ibu kota Morowali, Bahodopi kini menjadi rumah bagi dua smelter pengolahan nikel, yaitu Kawasan Industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dan Wanxiang Nickel Indonesia.

Kawasan IMIP mulai beroperasi sejak 2015 dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Pada 2019, kawasan ini ditetapkan sebagai proyek strategis nasional dan objek vital nasional (Obvitnas), dengan luas areal mencapai 3.000 hektare dan lebih dari 83.000 tenaga kerja.

Perubahan sosial masyarakat dari agraris menjadi masyarakat industri terlihat jelas.

Seiring pertumbuhan industri, banyak warga yang memanfaatkan peluang dengan mendirikan kos-kosan dan membuka usaha lainnya seperti warung makan, jasa laundry, dan perbengkelan.

Suryadi, pemilik kos-kosan di Desa Fatufia, menceritakan bahwa usaha kos-kosan pertama kali dimulai pada 2009 oleh Nasrudin dan Simon.

Pada awalnya, bangunan kos-kosan sederhana. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah kos-kosan semakin meningkat. “Saya membangun kos-kosan pada 2016, dan begitu selesai, semua unit terisi. Prospeknya sangat bagus,” ungkap Suryadi kepada Media Indonesia saat dihubungi dari Palu, Minggu (13/10).


Omset ratusan juta per bulan

Kos-kosan yang dikelola Suryadi kini memiliki konstruksi permanen dengan sewa bulanan Rp1,5 juta per kamar. Ia juga mengelola penginapan dan usaha lainnya, dengan total penghasilan bulanan mencapai Rp90 juta hingga Rp120 juta.

Lukman, warga Dusun Kurisa, juga mengalami hal serupa. Ia memiliki 66 kamar kos yang tersebar di tiga desa. Harga sewanya bervariasi mulai dari Rp850.000 hingga Rp1,3 juta per kamar per bulan, dengan total omset mencapai ratusan juta rupiah per bulan.

“Sangat lumayan keuntungan dari usaha kos-kosan itu,” terangnya dihubungi terpisah.

Hasnia, warga asli Bajo, menambahkan bahwa usaha kos-kosan di Bahodopi sangat menjanjikan. Ia saat ini memiliki 22 kamar kos dengan proyeksi omset Rp20 juta hingga Rp25 juta per bulan.

“Sebelum membangun kos-kosan, saya suplai ikan ke PT BDM dan untungnya mencapai Rp50 juta per bulan,” tambah Hasnia.

Meningkatnya permintaan hunian di Bahodopi terkait langsung dengan pertumbuhan jumlah tenaga kerja di Kawasan IMIP.

Menurut HR Head Department PT IMIP, Achmanto Mendatu, pada Juli 2024 tercatat 83.428 karyawan, dan diproyeksikan akan mencapai 90.000 orang.

Survei mandiri yang dilakukan PT IMIP mencatat bahwa terdapat sekitar 16.596 kamar kos di Kecamatan Bahodopi.

“Dengan perputaran uang dari pembayaran kos-kosan diperkirakan mencapai Rp16,596 miliar per bulan,” ungkapnya.

Dengan tumbuhnya usaha kos-kosan, masyarakat Bahodopi tidak hanya mendapatkan penghasilan tambahan tetapi juga berkontribusi pada perekonomian lokal, membantu mengurangi kemiskinan, dan menciptakan peluang ....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement