WEEKEND

Dramatis hingga Rileks dengan Wastra Utuh

Min, 12 Mei 2024

WASTRA Nusantara yang berpadu dengan kain-kain ringan melayang dan siluet longgar memang menjadi formula pas bagi gaya resor yang sekaligus chic. Terlebih jika penerapan wastra itu juga tetap mempertahankan keutuhan kain dengan tidak memotongnya.

Koleksi Rengganis yang diperagakan di Kelana Wastra Fashion Festival 2024 (Kawfest) yang digelar di Sarinah, Jakarta Pusat, Jumat (26/4), menampilkan hal itu. Salah satunya ada pada tanktop longgar berwarna hitam dengan detail selendang tenun Sikka, Nusa Tenggara Timur, yang dijahitkan ke bagian depan tanktop, sementara keseluruhan bagian lainnya dibiarkan menjuntai di bagian samping. Padanan bawahnya ialah celana balon yang melengkapi kesan rileks.

Riri Rengganis, sang desainer, mengungkapkan penggunaan kain secara utuh itu sesuai dengan tajuk Longevity koleksi tersebut. “Persisnya, 75% dari koleksi ini merupakan desain lama, dan 75% dari kain wastra yang digunakan tidak dipotong sama sekali agar mempertahankan nilai orisinal dan masa pakai wastranya. Maka dari itu, koleksi ini diberi judul Longevity, yang berarti umur panjang,” kata Riri.

Konsep itu juga selaras dengan kampanye slow fashion yang digaungkan Rengganis, yang pada intinya mengusung perpanjangan masa pakai dengan menawarkan pakaian bernilai tinggi, mendaur ulang desain lama dengan tujuan mengurangi budaya konsumtif. “Semua ini demi mengurangi limbah fesyen di dunia. Namun, dengan styling yang selalu berubah, koleksi ini tetap terasa fresh dan menawarkan banyak gaya baru bagi para penggemar brand Rengganis. Ini membuktikan bahwa memperpanjang masa pakai produk itu tidak harus membosankan. Pintar-pintarnya bermain padu padan menjadi kunci dalam menjalani hidup yang sustainable sekaligus fashionable,” lanjutnya.

Koleksi itu juga berdetail bordir tangan dan menggunakan pewarna alam. Adapun kain adati yang digunakan, selain dari Sikka, juga ada kain Garut dan tenun Troso dari Jepara.

Serupa dengan Riri, desainer Priscilla Saputro juga menampilkan kain tanpa dipotong. Bahkan penerapannya lebih maksimal lagi dengan teknik draping.

Berjudul Cultural Couture: Draping Batik into Modern Masterpieces, koleksi dengan label Batik Nyonya Indo itu menggunakan batik tulis klasik. Busananya berkonsep gala, yang di antaranya banyak menampilkan gaun strapless atau halterneck dengan siluet melebar.

“Teknik draping yang saya gunakan memungkinkan para pencinta batik untuk memiliki karya seni yang tidak hanya indah untuk dilihat, tetapi juga dapat dipakai dan disimpan sebagai kenangan berharga,” jelas Priscilla.

Koleksi itu disebutkan terinspirasi dari kekayaan budaya batik Indonesia, khususnya motif klasik pada kain katun berwarna cokelat. Koleksi itu memungkinkan para pencinta batik untuk menyimpan karya seni ini dalam bentuk lembaran aslinya setelah acara selesai.

“Saya ingin koleksi ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang keindahan dan nilai budaya batik Indonesia yang tak ternilai,” ujar Priscilla.


Bohemian

Label lainnya yang tampil dalam acara itu ialah Paradise Batik. Koleksi mereka bertajuk Boho Snob yang merupakan gaya bohemian dengan material batik tulis.

“Koleksi ini ditampilkan dalam busana dengan gaya bohemian, elemen-elemen antar kultural dipadupadankan antara beberapa wastra, ada batik tulis kombinasi cap Paradise Batik, tenun Badui, lurik, dan juga detail bordir,” kata Mudrika, desainer Paradise Batik.

“Karya ini terinspirasi dari pendekatan manusia secara spiritual, mengembalikan manusia pada sebuah kesadaran dari mana dia berasal, bagaimana dia bermasyarakat. Wastra yang digunakan merupakan kekayaan budaya dari bentuk pemikiran dan perilaku kehidupan masyarakat yang telah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang pada masa lalu. Pendekatan secara spiritual tersebut ditujukan untuk dapat menjaga ingatan kehidupan bermasyarakat yang semestinya dan juga sebagai penjaga preferensi budaya,” ....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement