MEGAPOLITAN

Fashion Keren, Gaya Hidup Harus Keren Juga

Sel, 19 Jul 2022

TREN Sudirman-Citayam-Bojong Gede-Depok dinilai mampu menciptakan tren baru, terutama terkait dunia fesyen di Indonesia.

Meski mereka mampu menciptakan tren yang positif, ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan terkait dengan gaya hidup dan lingkungan pergaulan para remaja yang dikhawatirkan menularkan dampak yang kurang baik lewat media sosial.

Pengamat media sosial Hariqo Wibawa Satria mengatakan tren fesyen yang diciptakan para remaja itu perlu diacungi jempol. Namun, lanjut Hariqo, cara pergaulan mereka yang ditampilkan di media sosial bisa berdampak buruk apabila ditonton anak-anak.

“Mereka itu, kan, fesyennya keren. Tapi yang jadi masalah, gaya hidupnya itu. Mestinya gaya hidup mereka itu harus keren juga, dong. Misalnya, kalau mau dibuat konten, ya, jangan ditampilkan ketika sedang merokok. Lalu pergaulan mereka antarlawan jenis. Menurut saya, itu kurang baik jika nanti dicontoh oleh anak-anak. Apalagi mereka sendiri usianya masih cukup muda, masih anakanak,” kata Hariqo, Sabtu (16/7).

“Ada memang konten-konten mereka yang mendidik seperti fesyen. Yang saya lihat itu fesyen dengan baju murah dengan brand lokal. Tapi di sisi lain, gaya hidupnya itu yang belum terlihat. Misalnya, kan, maunya fesyennya keren, gaya hidupnya keren. Gaya hidup itu, kan, misalnya tidak merokok, bawa tumbler, membuang sampah pada tempatnya, menghormati hak pengguna jalan lainnya, dan menjaga kata-kata. Di situ yang belum terlihat,” tambahnya.

Hariqo menyarankan agar para ABG yang sedang gandrung dengan tren itu perlu diberikan edukasi tentang apa saja yang dapat ditampilkan dan tidak dapat ditampilkan di dunia maya.

“Mereka itu, kan, tren awalnya karena ada konten yang nanya-nanya soal pacaran. Seperti ditanya kamu namanya siapa? Sudah berapa lama pacaran? Itu sudah memuakkan. Memang mereka saling membutuhkan. Si pembuat konten dan mereka yang ingin viral. Tapi kan, Jeje, Roy, mereka itu, kan, viral karena jawaban yang sudah di-setting untuk jadi lucu,” ujar Hariqo.

Hariqo mengingatkan para remaja itu terkait dengan siklus tren. Mereka yang mudah naik daun, kata Hariqo, bisa dengan mudah pula jatuh dan mendapatkan caci maki dari publik.

“Kalau tidak hati-hati, orang juga bisa mencaci maki. Bahkan, menganggap itu tidak berfaedah. Itu yang harus jadi peringatan buat Jeje, buat Roy, Bonge, kalau dia tidak hati-hati, maka orang akan berbalik, akan menganggap dia tidak bermanfaat, bahkan justru merusak,” tutur dia.

Jika ingin bertahan dan tetap mewarnai jagat media sosial, Hariqo berpesan agar para ABG itu tetap menjaga perilaku mereka. Terlebih, kemarin, Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup DKI baru saja menjadikan Jeje dan Bonge sebagai Duta Sampah. Hariqo menuturkan harusnya itu bisa membuat mereka lebih menjaga perilaku dan menyebarkan konten-konten positif dan edukatif.

“Kalau untuk menjadikan mereka sebagai duta, itu memang harus diedukasi. Harus dilihat. Jangan sampai yang malah terjadi itu justru sebaliknya. Kalau memang mereka Duta Sampah, ya, mereka harus menyesuaikan di dirinya, perilakunya, dengan standar-standar yang sudah dibuat,” tandasnya.

Kepala Seksi Humas Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta Yogi Ikhwan mengakui peran para remaja SCBD itu efektif dalam upaya menjaga ketertiban dan kebersihan kawasan Sudirman.

“Kami nilai efektif karena mereka punya pengaruh, khususnya anak-anak seusianya dan menjadi sosok yang kini ramai di media sosial," katanya. Kondisi kebersihan di kawasan Dukuh Atas, dekat Stasiun Sudirman BNI City, menurut Yogi, sampahnya sudah semakin berkurang.

Saat awal viral, kata Yogi, sampah dalam sehari mencapai tujuh meter kubik dan setelah ada upaya penertiban sampah menjadi, berkurang mencapai empat meter kubik karena salah satunya sanksi sosial.

"Jadi, sangat efektif pengurangan sampahnya. Kami juga menerapkan sanksi sosial," ucapnya.


Promosi produk lokal

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan anak-anak yang nongkrong di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, memiliki kreativitas yang tinggi.

Menurutnya, memanfaatkan trotoar sebagai ajang fashion show lebih baik jika dibandingkan dengan membikin konten berbahaya di jalan.

“Coba kita lihat itu yang di pinggir-pinggir jalan, nyebrang-nyebrang memberhentikan mobil truk, begitu, kan, berbahaya. Kalau ini (SCBD) kan, kreatif,” ujarnya.

Kendati demikian, Ariza, sapaan akrabnya, tetap mengimbau kepada para anak-anak SCBD itu untuk tidak merokok, menjaga kebersihan, dan ketertiban umum. “Maka, kami sarankan jangan merokok buang sampah pada tempatnya karena masih pandemi. Usahakan tidak ada kerumunan, tetap pakai masker,” ujarnya.

Ia pun berharap kegiatan tersebut menjadi contoh yang baik ke depan. Selain nongkrong, para anak-anak itu juga dengan percaya diri menggunakan produk-produk lokal. Hal tersebut juga turut diapresiasi Ariza.

“Pakai produk lokal, kan. Gaya enggak mesti harus sesuatu yang bermerek. Sesuatu yang baik. Sambil juga mempromosikan produk lokal,” pungkas Ariz....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement