WEEKEND

Gadis Buah Pinang

Min, 28 Mei 2023

KIOS kaca berlampu neon warna-warni dengan gadis berpakaian minim sebagai pelayan itu hadir di beberapa tempat di jalan-jalan strategis Taiwan. Pemandangan tersebut mudah memunculkan kesan negatif, apalagi bagi wisatawan atau pendatang yang baru menginjakkan kaki ke Taiwan. Sebaliknya, penduduk lokal menganggap hal itu pemandangan biasa. Nyatanya, kios yang memang dianggap biasa oleh penduduk lokal itu memang bukanlah menawarkan hal ‘miring’. ‘Gadis buah pinang’, begitu para pelayan itu disebut, tidak menjual layanan seks. Mereka sekadar menjajakan buah pinang, yang dikenal pula sebagai ‘permen karet’ orang Taiwan. Pembeli buah pinang kebanyakan ialah sopir truk, sopir taksi, atau kelas pekerja lainnya yang kebanyakan harus bekerja dalam waktu panjang. Buah pinang menjadi favorit karena dianggap mampu membuat mereka ‘melek’ dan segar, ibarat mengonsumsi minuman berenergi. “Saya hanya lulusan setingkat SMA, menjalani pekerjaan ini untuk penghasilan dan kebutuhan saya agar tidak merepotkan keluarga. Belakangan saya juga sering menjadi model untuk penjualan pakaian online,” ucap Jolie, 23, yang tengah menunggu pelanggan di dalam kios bernama Baby Betelnut di kawasan Songshang, Taipei, Taiwan. Seperti gadis buah pinang lainnya, Jolie berasal dari keluarga menengah ke bawah. Di kios itu ada pula Tiffany atau Shin Chen Xiang, 26, mahasiswa lulusan manajemen perhotelan. Ia bisa menjual sedikitnya 100 paket dalam sehari. Tiap-tiap paket berisi 10 buah pinang yang dikemas dalam ukuran kotak rokok itu diharga 50 NT atau setara Rp25 ribu. “Saya hanya bertugas melayani, dari mempersiapkan buah pinang, mengemas dalam kotak, lalu mengantarkan ke pembeli. Dengan keramahan tentunya pembeli akan datang kembali,” ungkapnya. Di Baby Betelnut, dalam seminggu ia bekerja hanya dua hari, mulai pukul 08.00 hingga pukul 16.00. Selanjutnya ia menjadi pelayan Kafe ‘De Place’ milik temannya yang berada di Zhongxiao Dunha Shoping Area, Taipei. “Di sini aku tinggal di apartemen bersama teman, senang berpenampilan cantik, belanja pakaian, dan membuat diriku bahagia. Untuk memenuhi kebutuhan itu, aku harus giat bekerja tentunya,” ucapnya di dalam taksi online saat perjalanan menuju Kafe ‘De Place’. Sedikitnya 30 ribu NT atau Rp15 juta bisa ia hasilkan dalam sebulan dengan pekerjaan yang dilakoninya. Fenomena gadis buah pinang sudah dimulai sejak era 60-an. Berawal dari pembukaan Kedai Buah Pinang Shuangdong di Guoxing Nantou, Taiwan, yang glamor dan meriah dengan kehadiran gadis-gadis. Strategi pemasaran itu, yang jika dibandingkan dengan saat ini mirip para SPG berpakaian minim di pameran mobil dan sejenisnya, sukses hingga kemudian diikuti kedai-kedai buah pinang lainnya. Sejak itu kehadiran para gadis berikut dengan kedai buah pinang yang dilengkapi papan nama neon menjamur, baik di perkotaan maupun perdesaan. Namun, belakangan ini, para ahli kesehatan setempat menganjurkan untuk menghindari konsumsi buah pinang karena dianggap sebagai karsinogenik atau zat yang dapat menyebabkan kanker. (M-1) ....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement