MASYARAKAT nelayan di Jawa Barat percaya bahwa mereka terikat dengan alam. Upacara Hajat Laut atau Nadran diyakini menjadi sarana penghubung antara dunia spiritual dan realitas.
Upacara yang diselenggarakan setiap tahun pada Muharam itu telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2018.
Hajat Laut diyakini sebagai ungkapan rasa syukur atas berkah dari laut. Para nelayan percaya bahwa perlindungan yang diberikan kepada mereka tidak berwujud dalam bentuk yang konkret, tetapu dalam bentuk abstrak seperti timbulnya rasa aman, tenteram, selamat, dan sebagainya.
Pada Hajat Laut, biasanya ada prosesi melarung jampana atau dongdang, yakni sebuah tandu yang diisi dengan berbagai pernik upacara untuk dilarung ke tengah laut.
Di Pelabuhan Cimari Muara, Garut, Jawa Barat, kekhasan dari Hajat Laut ialah penyembelihan kambing benten. Hewan itu memiliki ciri khusus antara lain berwarna hitam dengan garis putih melingkar pada bagian tengah tubuhnya. Setelah dikorbankan, dagingnya kemudian diolah menjadi masakan yang akan dikonsumsi bersama oleh warga setempat.
Pada beberapa daerah, keberadaan tokoh masyarakat berperan penting untuk menggelar upacara Hajat Laut. Upacara Hajat Laut di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat, diprakarsai oleh Dardji, seorang nelayan perantau dari daerah pantura.
Dardji menjelaskan pentingnya mengungkapkan rasa syukur atas berkah yang didapatkan dari laut.
Upacara Hajat Laut, ujar Dardji, digelar pertama kali pada 7 April 1960 atau bertepatan dengan bulan Muharam atau Sura.
Terdapat sejumlah nilai yang tecermin dari Hajat Laut, antara lain rasa terima kasih atau syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, rasa hormat kepada leluhur, kebersamaan, saling memperhatikan satu sama lain, tolongmenolong, dan saling memberi.
Terdapat pula lambang atau simbol dalam upacara Hajat Laut, misalnya bubur merah/bubur putih yang merupakan lambang nafsu serta nilai-nilai kemanusiaan yang selalu berbaur dalam hidup.
Selanjutnya, kambing kendit/kambing benten menjadi simbol suatu kebenaran yang sulit digenggam. Lalu kemenyan dan perapian melambangkan unsur dari manusia yang terdiri atas api, tanah, dan arang. Sementara itu, asap kemenyan melambangkan vitalitas manusia yang harus terus menyala sehingga membawa keharuman nama, tapi tidak melupakan Tuhan.
Adapun harapan utama dari Hajat Laut antara lain peningkatan penghasilan, peningkatan....
- Home
- Category
- POLKAM
- FOKUS
- EKONOMI
- MEGAPOLITAN
- OPINI
- SUARA ANDA
- NUSANTARA
- HUMANIORA
- INTERNASIONAL
- OLAHRAGA
- SELEBRITAS
- EDITORIAL
- PODIUM
- SELA
- EKONOMI DIGITAL
- PROPERTI
- KESEHATAN
- OTOMOTIF
- PUNGGAWA BUMI
- BELANJA
- JENDELA BUKU
- WAWANCARA
- TIFA
- PESONA
- MUDA
- IKON
- MEDIA ANAK
- TRAVELISTA
- KULINER
- CERPEN
- HIBURAN
- INTERMEZZO
- WEEKEND
- SEPAK BOLA
- KOLOM PAKAR
- GARDA NIRBAYA
- BULAKSUMUR
- ICON
- REKA CIPTA ITB
- SETARA BERDAYA
- EDSUS HUT RI
- EDSUS 2 TAHUN JOKOWI-AMIN
- UMKM GO DIGITAL
- TEKNOPOLIS
- EDSUS 3 TAHUN JOKOWI-AMIN
- PROMINEN
- EDSUS HUT 80 RI
- E-Paper
- Subscription History
- Interests
- About Us
- Contact
- LightDark
© Copyright 2020
Media Indonesia Mobile & Apps.
All Rights Reserved.