JALUR Trans-Jakarta dan mass rapid transit (MRT) Jakarta yang beririsan dinilai bisa saling melengkapi dan tidak perlu saling menggantikan. Sebaliknya, efisiensi dan efektivitas, terutama soal penganggaran transportasi publik, harus dilakukan, bukan dengan melakukan kanibalisasi antarlayanan.
Pernyataan itu dtegaskan oleh Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Haris Muhammadun saat merespons wacana penyesuaian rute Koridor 1 Trans-Jakarta Blok M-Kota setelah pembangunan MRT fase 2A selesai dikerjakan. Haris menilai kedua moda transportasi di rute yang beririsan itu bisa saling melengkapi dan tidak perlu adanya penghapusan atau penyesuaian rute.
Haris menjelaskan tipe pasar pengguna MRT dan Trans-Jakarta berbeda, termasuk jenis layanannya. Menurutnya, tiap-tiap moda transportasi itu punya keunggulan. "Tetapi jelas mereka adalah pengguna transportasi publik di Jakarta karena semakin banyak pilihan transportasi publik di Jakarta, semakin baik, artinya masyarakat bisa punya pilihan," jelasnya kepada Media Indonesia, Minggu (5/1).