KEBERADAAN lokasi Prasasti Pucangan di Desa Cupak, Kecamatan Musikan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, tidak bisa dilepaskan dari kehadiran para juru kunci yang setia menjaga tempat itu.
Ada beberapa juru kunci yang secara bergantian menunggu dan bekerja di kawasan Pucangan. Mereka biasa berkumpul di salah satu bangunan yang menjadi satu dengan makam Putri Dwikulisuci, putri Prabu Airlangga, penguasa Kerajaan Kahuripan.
Ada nama Ismail dan ada pula Ambarwarti. Nama terakhir adalah juru kunci paling senior. Para juru kunci bekerja selama 24 jam, bergantian menunggu kawasan tersebut.
Mereka membagi tugas. Ada yang membersihkan makam. Ada pula yang menyiapkan perlengkapan dan parkir. “Kami berbagi tugas agar tempat ini tetap bersih,” kata Ambarwati.
Saat pengunjung memebludak, para juru kunci harus hadir semua. Mereka melayani pengunjung agar bisa masuk ke areal pemakaman. Juru kunci nyaris tidak bisa beristirahat karena harus bergantian membuka areal makam.
Saat pengunjung pulang, tugas juru kunci tidak lantas berhenti. Mereka masih harus membersihkan sampah yang ditinggalkan para pengunjung.
“Tapi kami melakukannya dengan ikhlas. Yang penting mereka tetap bisa berkunjung lagi,” tambah Ambarwati.
Tanpa tunjangan
Meski sudah bekerja bertahuntahun di tempat itu, para juru kunci tidak pernah mendapat gaji. Tidak dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, maupun pemerintah desa. Tak ada gaji, tidak juga tunjangan.
Padahal, Bukit Pucangan dengan peninggalan purbakalanya seharusnya sudah menyandang label kawasan bersejarah. Dia mesti mendapat perhatian dari pemerintah, termasuk perhatian bagi para juru kuncinya.
“Selama ini, kami mendapat pemasukan hanya dari pengunjung yang ikhlas memberi karena layanan kami,” jelas Ambarwati.
Jika mengingat para juru kunci di lokasi purbakala dan tempat bersejarah lain, mereka mengaku ada rasa iri juga. Di beberapa tempat bersejarah lain, para juru kunci mendapat tunjangan khusus dari pemerintah di banyak tingkatan.
“Padahal, kerja kami sama dengan kerja mereka. Sudah seharusnya kami mendapat hak seperti mereka,” tambah Ismail.
Sejalan dengan rencana pemerintah memulangkan Prasasti Pucangan ke Jombang, Ismail berharap ada perubahan nasib para juru kunci Pucangan. “Pengunjung pasti akan lebih banyak lagi. Tugas kami juga semakin berat,” paparnya.
Karena itu, Ismail berharap ada perubahan jika prasasti datang. “Semoga Prasasti Pucangan bisa mengubah nasib kami,” tandas....