PESONA

Kain-Kain Pelindung Kehidupan

Min, 27 Nov 2022

“SAYA tadinya tidak suka dengan kain Biboki, sangat tidak suka karena warnanya itu, ya, warna-warna tanah. Tidak menarik. Tapi setelah saya diajak Mama Yovita ke Komunitas Biboki dan saya tahu makna tenunan Biboki, saya jadi suka. Sangat suka,” tutur Odilia Chansera Bastian, Manager Biboki Art Shop yang juga pegiat Komunitas Biboki, di Parara Ethical Store & Cafe, Jakarta, Sabtu (19/11). Odilia menjadi salah satu pembicara dalam acara bincang-bincang bertajuk Eastern Expressions of Weaving Craft Traditions yang merupakan rangkaian acara Seri #4 Nusa Tenggara Timur yang digelar Meet the Makers 15.

Selain Odilia, narasumber lainnya ialah pendiri Mama Aleta Fund yang juga aktivis kain adati dan lingkungan Aleta Baun, antropolog asal Prancis Genevieve Duggan, dan salah satu pendiri Noesa, Annisa Hendrato. Sesuai tajuk diskusi, mereka membahas mengenai makna sejarah, budaya, lingkungan hidup, hingga gender dalam kain-kain Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya kain asal Mollo, Sabu, dan Biboki.

Odilia, 25, mengaku baru berkenalan dengan tenun Biboki sejak 2019 karena digandeng pelestari kain, Maria Yovita Meta. Lewat Yayasan Tafean Pah yang didirikannya, Yovita memperjuangkan kelestarian tenun ikat Biboki dengan mendampingi para mama penenun untuk menana....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement