NUSANTARA

Kemarau Panjang, Harga Bahan Pokok Merangkak Naik

Kam, 17 Okt 2024

KEMARAU panjang yang terjadi di berbagai wilayah di Jawa Barat, seperti Kabupaten dan Kota Tasikmalaya, Ciamis, Garut, Banjar, dan Pangandaran, menyebabkan banyak lahan pertanian gagal panen dan tanam lantaran kurang suplai air. Hal tersebut berdampak pada kebutuhan beras medium dan premium di pasaran yang merangkak naik.

Seorang pembeli beras, Dedeh, 56, warga Bungursari, Tasikmalaya, mengatakan kenaikan harga beras selama musim kemarau memberatkan warga. Dia mengatakan para pedagang menjual beras premium di kisaran Rp14.500 hingga Rp16.000 per kilogram. "Kami biasanya hanya membeli beras medium, tapi kosong. Yang ada sekarang ini paling banyak kualitas premium dijual Rp13.500 per kg dan sekarang ini harganya merangkak menjadi Rp14.500 per kg. Akan tetapi, beras kualitas premium sedang maupun super dijual Rp15 ribu hingga Rp16 ribu per kg," katanya, kemarin.

Terpisah, pedagang sayuran di Pasar Pancasila, Garut, Wawan, 55, mengatakan harga bahan pokok mengalami kenaikan. Bawang putih, misalnya, dijual Rp60 ribu per kg, cabai rawit merah Rp60 ribu per kg, cabai merah lokal Rp44 ribu per kg, cabai merah japlak Rp65 ribu per kg, dan kemiri Rp40 ribu per kg. Harga sayuran lainnya juga bertahap naik.

Di Kota Bandung, harga cabai juga ikut naik. Saat ini harga cabai di pasar-pasar tradisional mencapai Rp60 ribu per kg, naik dari sebelumnya Rp50 ribu per kg. Dari pantauan di Pasar Sederhana, Pasar Caringin, Kota Bandung, kemarin, kendati harga cabai naik, persediaan dan pasokan lancar sehingga tidak membuat pedagang dan juga pembeli panik.

Untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan-bahan pokok, sejumlah pemerintah daerah menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM). Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majalengka, misalnya, menggelar GPM dengan melibatkan berbagai pihak dari mulai BUMN, BUMD, UMKM, petani, hingga pengusaha ritel.

"Kami sengaja melibatkan berbagai pihak untuk memastikan ketersediaan pangan, dan harganya juga terjangkau," tutur Penjabat (Pj) Bupati Majalengka Dedi Supandi seusai pelaksanaan GPM di Taman Bagja Raharja, Kabupaten Majalengka, kemarin.

Dia mengatakan seluruh komoditas pangan seperti beras, minyak goreng, daging, gula pasir, dan telur yang dijual dalam GPM kali ini dipastikan lebih murah ketimbang harga pasar.

Di Jawa Tengah, Pemkab Banyumas melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan juga menggelar GPM dengan menggandeng Bulog, Badan Pangan Nasional, dan Bank Indonesia (BI) Purwokerto. Kegiatan itu disambut antusias oleh warga.

Langkah serupa juga dilakukan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Selatan. Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan Sulsel Muhammad Arsjad, GPM merupakan kegiatan rutin untuk menjaga sabilitas harga pangan, dan termasuk berhasil, karena menawarkan komoditas pangan lebih murah daripada di pasar. Selain itu, GPM juga digelar untuk memperingati hari jadi ke-355 Sulsel yang dirangkaikan dengan Hari Pangan Sedunia ke-44, serentak di 24 kabupaten/kota.


Ketersediaan pangan


Sementara itu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengaku optimistis dapat menjaga produksi dan pasokan bahan pangan terutama beras dalam menghadapi musim El Nino.

Kepada Media Indonesia

, Pj Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana mengatakan, dalam menghadapi bencana alam seperti El Nino, pemerintah terus melakukan berbagai terobosan melalui kerja sama dengan Kementerian Pertanian dan masyarakat. Pasalnya, Jawa Tengah termasuk salah satu pemasok pangan nasional, khsususnya beras. Upaya yang dilakukan berupa bantuan pompanisasi agar dari biasanya panen satu kali bisa dua kali dan yang dua kali bisa tiga kali. "Jadi bisa membantu produksi beras di Jawa Tengah," ujar Nana.

Dia juga menegaskan ketersediaan pangan di Jawa Tengah mencukupi, apalagi memasuki Oktober dan November sudah mulai hujan di berbagai tempat. "Ketersediaan pangan untuk Jawa Tengah sampai saat ini masih mencukupi," kata Nana saat ditemui seusai rapat paripurna di Gedung DPRD Jawa Tengah. (AN/LD/UL/HT/N-2)

Download versi epaper Download

Advertisement

Advertisement