EKONOMI

Kurs Rupiah Melemah Lagi

Jum, 20 Des 2024

NILAI tukar (kurs) rupiah pada penutupan perdagangan Kamis (19/12) sore ditutup melemah tajam, hingga 215 poin atau 1,34% menjadi Rp16.313 per dolar Amerika Serikat (AS), dari penutupan Rabu (18/12) Rp16.098 per dolar AS.

Rupiah bergerak melemah sepanjang hari kemarin. Sejak perdagangan dibuka, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta langsung melemah tajam 127 poin atau 0,79% menjadi Rp16.225 per dolar AS.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia turut mengalami pelemahan ke level Rp16.277 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.100 per dolar AS

“Dolar AS menguat secara luas (sehingga melemahkan nilai tukar rupiah dan mata uang lainnya), dengan kenaikan paling tajam terhadap dolar Australia, euro, poundsterling Inggris, dan yen Jepang,” ujar Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, kemarin.

Bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) dini hari kemarin memangkas suku bunga 25 basis points (bps).

Selain itu, Kepala The Fed Jerome Powell memberi pernyataan yang dinilai sangat hawkish terhadap prospek suku bunga dengan mengindikasikan hanya akan terjadi pemangkasan sebesar 50 bps tahun depan, turun 75-100 bps dari yang diharapkan pada kuartal sebelumnya.

Kemungkinan jeda dalam pemangkasan suku bunga untuk Januari 2025 juga naik menjadi 88%.

Bank Indonesia (BI) pada Rabu (18/12) baru saja memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan 6,00% dengan alasan ketidakpastian semakin meningkat di pasar keuangan global. Hal itu bersumber dari rencana Donald Trump selaku Presiden terpilih AS untuk menerapkan kebijakan tarif bea masuk lebih luas dan lebih besar dari yang diantisipasi sebelumnya.

“Namun, BI sudah menegaskan masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuan ke depannya jika ketidakpastian mulai mereda,” ungkap Josua.

Ditemui di kesempatan berbeda, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut melemahnya kurs rupiah dalam tiga hari terakhir itu sebagai fluktuasi yang wajar terjadi. Alasannya, fluktuasi terjadi karena faktor eksternal yakni ekonomi AS yang sedang menguat.

“Baru berapa hari, kemarin juga. Namanya kurs, naikturun. Ekonomi Amerika memang lagi menguat,” ujarnya. Pemerintah, lanjutnya, juga tak khawatir berlebih perihal pergerakan nilai tukar tersebut.

Padahal dalam asumsi awal APBN 2024, nilai tukar rupiah diasumsikan Rp15.000 per dolar AS.

“Kita monitor, rupiah di APBN juga sudah ada angka, kita monitor saja,....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement