SEBANYAK 11 dari 86 bahasa asli Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah punah. Mereka hilang begitu saja karena sudah tidak ada lagi yang menggunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa-bahasa itu mati, terkubur bersama jasad para penduduk setempat yang, entah siapa, terakhir kali melafalkannya.
Alex Puaq Wulohering tidak mau Kedang, salah satu dari 75 bahasa NTT yang tersisa, bernasib serupa dengan 11 lainnya. Sekuat mungkin, ia mencoba mempertahankan warisan budaya tersebut. Salah satunya dengan mengabadikan itu dalam sebuah buku.
“Ada 86 bahasa lokal di NTT dan 11 sudah tidak lagi digunakan atau punah. Saya tidak ingin kita menjadi orang asing di negeri kita sendiri,” ujar Alex dalam agenda peluncuran bukunya, Rabu (29/5).
Buku tersebut diberi judul Pengantar Linguistik Nariq Edang. Nariq berarti bahasa dan Edang adalah sebutan warga setempat untuk Kedang.
Dalam prosesnya, Alex menyelami berbagai dokumen guna memperkaya tulisan. Berbagai pembahasan soal Kedang hingga manuskrip kuno berbahasa Belanda ia serap.
“Setelah 14 tahun mendalami linguistik dan membaca sejumlah referensi, akhirnya lahirlah buku ini,” ucapnya.
Pengantar Linguistik Nariq Kedang memiliki tebal 440 halaman dengan pendekatan fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Ia mengaku sangat gembira saat memperkenalkan karya tersebut kepada masyarakat. Menurutnya, itu tidak hanya akan mengabadikan namanya, tapi juga merawat dan melestarikan Kedang untuk generasi-generasi berikutnya.
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian,” tutur Alex mengutip sastrawan nasional Pramoedya Ananta Toer.
Apa yang dilakukan Alex pun diapresiasi Pemerintah Kabupaten Lembata. Asisten Satu Sekretaris Daerah, Donatus Ladjar, mengatakan, di era modernisasi, bahasa daerah memang menghadapi ancaman kepunahan serius.
“Saya memberikan apresiasi kepada Bapak Alex Puag Wulohering yang melakukan penelitian secara mandiri tentang Bahasa Kedang yang akhirnya menghasilkan sebuah buku. Ini harus menjadi motivasi bagi kita semua untuk mendalami budaya kita,” tuturnya.
Kedang merupakan salah satu rum pun bahasa di Kabupaten Lembata yang memiliki ciri khas tersendiri, baik dari sisi fonologi, morfologi, sintaksis, mau pun semantik. Bahasa itu lahir dan berkembang secara alamiah melalui penuturan lisan dan diwariskan secara turu....