OPINI

In Memoriam Mayjen Supiadin

Jum, 21 Mar 2025

SECARA usia saya mungkin termasuk anak. Secara kekerabatan, saya pun tak mengenal beliau secara baik. Akan tetapi, karena suatu momentum, saya dikenalkan secara tak langsung oleh Pak Surya Paloh ketika beliau membentuk tim kemanusiaan yang ditugaskan untuk melakukan pemetaan tentang warga negara Indonesia yang diculik oleh kelompok Abu Sayyaf di kepulauan Mindanao, Filipina bagian selatan.

Sebagai ketua tim, Mayjen Supiadin bertemu dengan saya dan almarhum Samsu Rizal Panggabean setelah memegang tiket berangkat menuju Cotabato di Bandara Soekarno-Hatta untuk memulai perjalanan memetakan dan menelusuri jejak penculikan terhadap ABK Indonesia. Kesan pertama ketika bertemu, beliau sangat ingin tahu rekan seperjalanannya dengan memberikan serangkaian pertanyaan berjenis ‘screening’ khas intel militer TNI. Kemudian terjadilah dialog yang sangat intens utuk memulai saling kenal.

Salah satu pertanyaan Mayjen Supiadin kepada saya ketika itu ialah, apakah saya pernah terlibat dan merasakan situasi konflik seperti yang pernah dialami beliau saat bertugas sebagai Pangdam Iskandar Muda. Saya menjawab sejujurnya, belum pernah mengalami dan merasakan situasi konflik seperti di Aceh. Namun, jika merujuk pada penanganan pasca-konflik, saya pernah membuat riset tentang Motivation and Roots Causes of Terrorisme in South East Asia, serta beberapa riset lokal pasca-kerusuhan Ambon dan Ternate bersama The World Bank. Rupanya dua konteks riset itu malah membuka tabir dialog menjadi leb....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement