KETIKA Presiden Prabowo Subianto menunjuk Prof Dr Abdul Mu’ti sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah pada Oktober tahun lalu, publik langsung membaca keputusan itu sebagai isyarat perubahan arah pendidikan Indonesia. Di tengah berbagai dinamika kebijakan pendidikan nasional, dari Kurikulum Merdeka, digitalisasi pembelajaran, hingga tantangan ketimpangan akses, hadirnya Abdul Mu’ti memunculkan harapan baru akan lahirnya pendekatan dalam dunia pendidikan yang lebih humanistis, adil, responsif, dan berakar pada nilai-nilai kebangsaan.
Sosok Abdul Mu’ti memang bukan nama asing dalam dunia pendidikan dan masyarakat sipil Indonesia. Sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, beliau adalah figur yang kaya akan pengalaman, memiliki jejaring yang luas, dan teruji dalam memadukan pendekatan intelektual, spiritual, serta aktivisme sosial. Ia bukan hanya administrator, melainkan juga pemikir pendidikan dan pelaku transformasi.
Salah satu gebrakan Menteri Mu’ti dalam menata arah baru pendidikan Indonesia ialah dengan memperkenalkan konsep deep learning (pembelajaran mendalam). Sebuah pendekatan dalam pendidikan yang digagas oleh dua ilmuwan, Marton dan Saljo Dario, pada 1970-an dan telah lama diterapkan di negara-negara Skandinavia. Sebuah wilayah di Eropa Utara yang dikenal memiliki kua....