KOMUNITAS Hano Wene mungkin asing terdengar. Namun, kiprahnya bagi sejumlah desa pedalaman di Papua tidak sepele. Komunitas yang dibentuk oleh yayasan yang bernama sama itu berusaha memberantas buta huruf dengan gerakan door to door dan juga mendirikan perpustakaan.
Sosok penting di balik Yayasan Hano Wene ialah sang pendiri yang juga anak asli Papua, Neas Wanimbo. Gaung gerakannya telah sampai ke luar negeri hingga Neas yang kini berusia 25 tahun telah diundang ke berbagai forum internasional di India, Jepang, Spanyol, dan Amerika untuk menjadi pembicara.
Kisah Neas sesungguhnya juga soal kisah keuletan hidup. Terlahir dari keluarga petani di Tangma (Hipela), Kabupaten Yahukimo, ia tidak terpaku dengan segala keterbatasan.
Menjadi bintang tamu Kick Andy episode Anak Miskin Membangun Negeri, yang tayang Minggu (18/4), Neas mengungkapkan bahwa misi yayasannya berangkat dari pengalamannya sendiri. Neas mengungkapkan ia beruntung menjadi anak yang cepat lancar membaca berkat ayahnya yang telah membiasakan membaca Alkitab sejak ia kecil.
“Saya masih ingat betul, alfabet pertama yang saya hapal itu malah bukan A, U, E, I, O, melainkan A-L-K-K-I-T-A-B,” kelakar Neas yang datang dari keluarga dengan empat anak itu. Berkat kemampuannya dalam membaca yang lebih dulu, Neas kerap membantu temantemannya belajar. Bahkan ia kerap berlagak seperti guru dengan berdiri di atas meja.
Neas mengungkapkan tingkat literasi di pedalaman memang rendah karena akses pendidikan yang tidak merata. Itu pula yang membuat anggapan warga kampung soal tidak pentingnya pendidikan, masih sulit dihilangkan.
Meski begitu, tidak sedikit pula orangtua yang ingin anaknya bisa bersekolah. Mereka rela mengupayakan segala cara untuk membayar sekolah, termasuk dengan membawa sayur-sayuran, buah-buahan, atau hasil kebun lainnya kepada guru yang telah mengajar anak-an....