GEMPA bumi Pasaman dan Pasaman Barat, Sumatra Barat, ternyata tidak terjadi di patahan yang selama ini telah teridentifi kasi. Dalam pemantauan pascagempa, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menemukan satu patahan baru di wilayah Sumatra Barat yang selama ini belum teridentifikasi.
“Ada patahan baru yang selama ini tidak ada rekaman data-data seismik di situ selama ratusan tahun. Baru kemarin saat gempa Pasaman dan Pasaman Barat terekam data-data seismik,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers yang diselenggarakan secara virtual, kemarin.
Selama ini, jelasnya, terdapat sejumlah patahan atau segmen yang teridentifi kasi di wilayah Sumatra Barat, yakni segmen Sumpur, segmen Sianok, segmen Sumani, segmen Suliti, segmen Angkola, dan segmen Barumun. Sementara itu, patahan yang baru saja teridentifi kasi diberi nama segmen Talamau.
Dengan adanya temuan itu, lanjut Dwikorita, BMKG akan mendalaminya lebih lanjut untuk mengidentifikasi potensi gempa yang ditimbulkan. Pasalnya, selama ini, wilayah di sekitar patahan Talamau teridentifikasi sebagai zona aman.
“Patahan Talamau berpotensi suatu saat akan bergerak lagi. Kita tidak tahu kapan, tetapi kita akan lakukan pendalaman agar bisa dihitung kalau bergerak akan berapa besar,” tambahnya.
Berdasarkan pemantauan sementara, patahan Talamau berpotensi menimbulkan getaran hingga skala VIII MMI. “Tingkat skala guncangan ini bisa menyebabkan rumah roboh,” imbuh Dwikorita.
Untuk itu, menurutnya, pemodelan yang nanti dilakukan BMKG penting untuk menjadi bekal bagi pemerintah daerah untuk menyiapkan building code di zona episenter.
Ahli geologi Ade Edward menjelaskan, karakteristik patahan Sumatra ialah pergeseran lempeng secara mendatar, bergetar menghentak, tapi tak terlalu lama. “Karena itu, bila terjadi gempa meski dengan magnitudo kecil, tetapi sumbernya cukup dangkal, itu berisiko lebih merusak jika dibanding dengan gempa bersumber di zona subduksi yang menjalar di kedalaman Samudra Hindia pantai barat Sumatra,” jelasnya.