“MENGEMBARA ialah
menanggalkan nama,
melepaskan bumi
benda-benda kemilau
dipermainkan angin.”
Sajak di atas diambil dari untaian puisi
Geneva Bulan Juli, 1968 yang ditulis oleh
seorang perempuan untuk merepresentasikan
riwayat pemikirannya mengenai
budaya material. Puisinya itu menjelmakan
suasana yang menyentuh intuisi
pembaca, mengemas tuntutan-tuntutan
pembebasannya terhadap pusat-pusat
empati kultural hampir-hampir tanpa
simbol. Bahkan mitos-mitos mengenai
keluhuran dan pusat-pusat kebudayaan
pun dibongkar serta didekonstruksi.
Perempuan pembuat puisi itu bernama
Toeti Heraty Noorhadie-Rooseno. Bagi
banyak orang, nama itu tak terasa asing
karena kiprahnya di berbagai bidang dan
sosoknya yang multitalenta dan multifaset.
Toeti, begitu dia dipanggil, ialah
seorang istri, ibu, intelektual, penyair
dan budayawan, dosen, pakar fi lsafat,
pengusaha, aktivis dan juga patron dalam
kebudayaan Indonesia modern yang
mencakup sastra, musik, dan seni rupa.
Dalam dunia seni dan budaya, Toeti
mempunyai tempat khusus dan dijuluki
sebagai ‘Ibu para Seniman dan
Budayawan Indonesia’ yang banyak
memberikan apresiasinya terhadap
para seniman di Tanah Air dengan
mengoleksi karya-karya mereka.
Dia turut menjadi saksi dari perkembangan
sejarah seni rupa
Indonesia.
Untuk mengenang sosok
cendekiawan perempuan yang
berpulang pada 13 Juni 2021 itu,
Cemara6 Galeri-Museum Jakarta
menyuguhkan pameran koleksi
dan arsip Toeti Heraty bertajuk
‘Mengembara adalah menanggalkan
nama, melepaskan bumi
benda-benda kemilau dipermainkan
angin’ yang digelar
mulai 28 November hingga 28
Januari 2023.
Pameran ini menampilkan
sebagian koleksi pribadi Toeti
yang terkumpul sejak 1959
hingga 2000-an berjumlah 122
lukisan dan karya seni dari
66 perupa. Ada juga 8 ribu
literasi dan beberapa majalah,
koran, dan buku yang
memuat karya-karya pemikiran
berkaitan dengan
perjuangan perempuan,
keluarga, dan bangsa.
KEBERAGAMAN interpretasi sebuah
karya seni sering direspons dalam berbagai
sudut pandang. Tak hanya multitafsir,
karya seni lukis kontemporer sering kali
menjadi wadah untuk menjelajah ide-ide
masa lalu dan masa kini, salah satunya
memperkenalkan riwayat astrologi kuno
dan Shio dari ‘Negeri Tirai Bambu’.
Dalam rangka Tahun Baru Imlek 2023
yang jatuh pada shio kelinci, 2madsion
Gallery Kemang, Jakarta Selatan, memperkenalkan
kesenian astrologi Tiongkok
lewat belasan koleksi lukisan abstrak dan
realis bertajuk Rabbit and Love berlangsung
dari tanggal 14 Januari hingga 16
Februari 2023.
Dalam kebudayaan Tiongkok, shio
diyakini sangat memengaruhi sifat dan
masa depan peradaban manusia. Shio
ditetapkan tidak hanya berdasarkan tahun,
tetapi juga jam kelahiran, yin/yang,
dan lima elemen.
Tidak diketahui tanggal pasti munculnya
astrologi Tiongkok, tetapi shio
yang terdiri dari 12 hewan pertama kali
muncul pada periode Zhan Guo, abad
ke-5 sebelum Masehi. Secara resmi shio
tersebut diidentifi kasi ada sejak Dinasti
Han (206 SM - 9 M).
“Shio dihitung dengan siklus enam puluh
tahun, yakni setiap hewan menandakan
tahun yang berbeda. Metode ini
masih umum dan digunakan
sampai sekarang. Urutan
hewan shio Tiong kok
berdasarkan kalender
lunar dapat
ditelusuri hingga
tahun 14 SM,”
ujar Maggie
Hutauruk Eddy
selaku Creative
Director 2madison
Gallery saat
dihubungi Media
Indonesia lewat
pesan tertulis pada
Selasa (24/1).
Shio kelinci merupakan
yang paling lembut di
antara 12 shio. Bia sanya orang
bershio kelinci ialah orang yang memiliki
karakter lembut, manis, dan populer.
Menurut versi Jepang shio kelinci
disebut dengan shio kucing. Orangorang
shio kelinci ditafsirkan sebagai
orang yang berselera tinggi dan gemar
berkelompok.
Melalui pameran tersebut, 2madison
Gallery ingin menunjukkan bahwa saat
ini begitu banyak konfl ik dan perseteruan
Lewat berbagai lukisan dan arsip, para
pengunjung diajak menyusuri bingkaibingkai
perjalanan panjang Toeti yang
sejak muda sudah bergaul akrab dengan
para seniman dan menjadi pencinta seni.
Banyak di antara teman-temannya itu
tercatat sebagai tokoh besar seni rupa
saat ini. Hal itu terlihat dari berbagai dinding
ruang pameran yang menampilkan
karya lukisan dari para maestro, seperti
Affandi, Basoeki Abdullah, Srihadi Soedarsono,
Mochtar Apin, Salim, dan Zaini.
Awal kegandrungan Toeti terhadap
karya seni bisa dilacak saat dia dihadiahi
lukisan oleh seniman Mochtar Apin bertajuk
Perahu (1959). Pada waktu itu, Toeti
sedang kuliah di Belanda dan Apin di
Prancis. Tanpa sengaja, mereka bertemu
di Singapura saat hendak pulang ke Indonesia
menggunakan kapal. Dari momen
inilah akhirnya yang membuat Toeti banyak
mengoleksi karya seni.
“Ketika diberi hadiah oleh Mochtar
Apin itulah apresiasinya terhadap karya
seni mulai tumbuh, dan itu tecermin
dari karya-karya lain yang
dikoleksinya kelak. Toeti pernah
menyatakan bahwa dia mulai jatuh
cinta terhadap seni saat memandangi
lukisan bergaya kubisme tersebut
setiap
hari,” ujar Rifky Effendy,
selaku
kurator pameran koleksi
dan arsip Museum Toeti Heraty
saat ditemui Media Indonesia di
Cemara6 Galeri Museum, pada
Rabu (
24/1).
Salah
satu benda seni tertua
yang dimiliki Toeti ialah lukisan
berjudul Raden Oentari Rosseno
(1938) yang diciptakan salah satu
maestro
seni di negeri ini, yaitu
Basoeki Abdullah. Lukisan tersebut
meggambarkan sosok sang
Ibunda
yang telah melahirkan
Toeti di Bandung pada 27 November
1933.
Toeti
merupakan putri sulung
dari enam bersaudara keluarga
Prof Dr Ir R Rooseno. Ayahnya
merupakan tokoh besar ilmu
teknik sipil negeri ini, ahli
beton bertulang yang juga
dikenal sebagai bapak
beton Indonesia dan
pernah menjadi menteri
pada masa Soekarno,
serta salah satu pendiri
Universitas Gadjah
Mada.
Seorang Maesenas
Alih-alih menyebutnya
sebagai kolektor, orang
terdekatnya kerap menjuluki
Toeti sebagai seorang
maesenas, yakni fi lantropis
pendukung kebudayaan sekaligus
pelindung seni dan
para seniman. Pasalnya,
dia lebih sering engoleksi
karya seni karena bentuk
persahabatan dan kepedulian
tanpa unsur bisnis,
serta sikap welas asihnya
terhadap para seniman.
Toeti kerap membeli karya
seniman dengan perhatian
dan minat yang tinggi.
“Memang Ibu Toeti (Heraty) sangat
mendukung seniman. Misalnya, ada seniman
yang butuh sesuatu, karyanya dibeli.
Misalnya, untuk biaya pulang, operasi
atau sedang dirawat dan lain-lain,’’ ujar
Direktur Cemara 6 Galeri-Museum Inda
C Noerhadi saat ditemui Media Indonesia
dalam kesempatan yang sama.
Meskipun kiprahnya begitu besar di
berbagai bidang, mungkin Toeti lebih
senang dikenal sebagai seorang ibu, sebagaimana
S Sudjojono melukiskannya
pada karya berjudul Ibu dan Dua Anak
(1971). Atau mungkin cukup sebagai
seorang Toeti, seperti yang digoreskan
Srihadi Soedarsono pada sketsa potretnya
berjudul Toeti Heraty (1994) yang ia
terima sebagai hadiah ulang tahunnya.
Ratusan koleksi benda seni yang dimiliki
Toeti sebagian besar merupakan
karya-karya yang jarang dikenal publik.
Salah satunya ialah karya pelukis Salim
yang lama menetap di Prancis dan telah
menghasilkan 54 karya lukis dengan aliran
kubisme dan abstrak.
“Di awal tahun 2000-an, Pak Salim menyelenggarakan
pameran
solo di Galeri Nasional.
Dia memamerkan 54
lukisan yang disponsori
oleh salah satu bank,
tapi sayang bank tersebut
bangkrut sehingga
dia tak bisa kembali ke
Prancis. Akhirnya dalam
kondisi sulit tersebut,
Toeti bersedia membeli
semua karya Salim,” jelas
Rifky.
Dari beragam koleksi
Toeti, Rifky menyebut
lukisan Agus Djaja yang
berjudul Rendezvous Seduction
(1979) punya
makna dalam. Lukisan
ini menggambarkan
fi gur wanita Eropa yang
tampak sedang berpose
telanjang dada yang diimpersonianis dengan
sosok wayang petruk mengenakan
jas. Lukisan tersebut terinsipirasi dari
karya seniman Prancis.
Agus Djaja, yang juga pernah mengetuai
di dunia. Alangkah
idealnya jika di tahun
2023, semua
orang mempelajari
kembali sifatsifat
positif dari
kelinci ini dan
menerapkannya
dalam kehidupan.
Karakter shio
kelinci digambarkan
dengan sangat
menarik oleh seniman
dari Korea Selatan, Sunny
Jung bertajuk The Spring
Garden yang menyampaikan
bahwa 2023 ialah Tahun
Kelinci Hitam. Pada
musim semi, binatang yang
telah melewati masa hibernasi
ini akan bangun,
bertumbuh, penuh energi dan vitalitas.
Pada karya ini Jung melukisan kelinci
hitam yang sedang bermain di Taman
Musim Semi dengan penuh energi sehingga
sanggup menghadapi berbagai
tantangan dan rintangan. Harapan sang
seniman ini dituangkan ke dalam karyanya
dengan menggunakan warna latar
belakang pink peach yang kuat. Jung juga
menafsirkan bahwa kelinci hitam merupakan
gambaran shio yang tidak mudah
dipengaruhi, bijak dan memiliki selera
humor tinggi.
“Sekalipun tidak ada bukti ilmiah
mengenai zodiak/ramalan bintang/shio,
tetapi bagi sebagian orang Tionghoa,
sistem kalender Lunar yang merupakan
sistem penanggalan berdasarkan fase
bulan tersebut, dapat sangat membantu
dalam memahami garis besar sifat dan
karakter setiap individu, baik pasangan,
anak, keluarga, karyawan, teman, dan
lainnya,” ujar Maggie.
Karya seni yang baik tidak saja tampil
sebagai dekorasi dalam ruangan, tetapi
Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi),
dikenal mendorong wacana seni
rupa Timur dengan orientasi objek-objek
lukisannya yang berkisar pada budaya,
seni pertunjukan tradisi dan arca atau
relief-relief candi. Dalam lukisan itu tergambar
seorang perempuan dengan timbangan.
Menurut dia, hal itu memberikan
cerminan bagaimana kondisi perempuan
Eropa yang diikat oleh tradisi.
Kedekatan Toeti dengan para seniman
juga berlanjut hingga ke generasi yang
lebih muda hingga mengoleksi berbagai
lukisan mereka seperti AD Pirous Kami
Beriman Pada-Mu (1993), Popo Iskandar
Roaster (1982), Ahmad Sadali Abstract
Kabah (1985), dan sebagainya. Karya
koleksi Toeti hampir kebanyakan karya
seni rupa modern dengan berbagai langgam,
seperti kubistik, abstraksi, simbolik,
ekspresionistik, dekorativisme, dan
realis. Benda-benda seni yang memenuhi
ruang pameran tersebut bukan hanya terbatas
pada lukisan, tetapi juga mencakup
patung, keramik dan fotografi .
Kontribusi Toeti dalam dunia seni juga
diwujudkan dalam bentuk keterlibatannya
di berbagai infrastruktur seni, antara
lain dengan menjadi anggota Yayasan
Pusat Kesenian Jakarta dan Rektor Institut
Kesenian Jakarta, serta aktif dalam
berbagai kegiatan hingga pameran seni.....
- Home
- Category
- POLKAM
- FOKUS
- EKONOMI
- MEGAPOLITAN
- OPINI
- SUARA ANDA
- NUSANTARA
- HUMANIORA
- INTERNASIONAL
- OLAHRAGA
- SELEBRITAS
- EDITORIAL
- PODIUM
- SELA
- EKONOMI DIGITAL
- PROPERTI
- KESEHATAN
- OTOMOTIF
- PUNGGAWA BUMI
- BELANJA
- JENDELA BUKU
- WAWANCARA
- TIFA
- PESONA
- MUDA
- IKON
- MEDIA ANAK
- TRAVELISTA
- KULINER
- CERPEN
- HIBURAN
- INTERMEZZO
- WEEKEND
- SEPAK BOLA
- KOLOM PAKAR
- GARDA NIRBAYA
- BULAKSUMUR
- ICON
- REKA CIPTA ITB
- SETARA BERDAYA
- EDSUS HUT RI
- EDSUS 2 TAHUN JOKOWI-AMIN
- UMKM GO DIGITAL
- TEKNOPOLIS
- EDSUS 3 TAHUN JOKOWI-AMIN
- PROMINEN
- E-Paper
- Subscription History
- Interests
- About Us
- Contact
- LightDark
© Copyright 2020
Media Indonesia Mobile & Apps.
All Rights Reserved.