BAGI sebagian masyarakat di perkotaan, menggunakan transportasi umum menuju ke tempat bekerja menjadi salah satu opsi. Selain murah dan hemat, transportasi umum juga seringkali menjadi solusi kala kendaraan pribadi kita mengalami kerusakan.
Di Jakarta, berbagai moda transportasi umum tersedia. Mulai kategori untuk satu penumpang ataupun lebih, seperti ojek hingga kereta cepat atau MRT tersedia.
Selain itu, saat ini khususnya di Jakarta, integrasi antarmoda transportasi umum sedang gencar dilakukan. Integrasi dimaksudkan untuk mempercepat akses perpindahan dari moda transportasi satu ke yang lainnya.
Seperti halnya di beberapa halte bus Trans-Jakarta yang sudah terintegrasi dengan stasiun kereta api, tentunya akan mempermudah perjalanan para penumpang.
Ika, 28, pekerja di salah satu perusahaan garmen di Tanjung Priok, Jakarta Utara, membagikan pengalamannya yang selalu menggunakan transportasi umum untuk bekerja.
Dalam kesehariannya, ia menggunakan bus Trans-Jakarta dari Halte Grogol Jakarta Barat, lalu berhenti di halte penjaringan, lalu lanjut menggunakan ojek daring.
“Sempat awalnya naik angkot abis turun dari halte, tapi perlu jalan lagi nantinya ke kantor, pesen ojek online lebih cepat sampai,” ujarnya, Sabtu (12/6).
Kebiasaan menggunakan transportasi umum juga sering ia lakukan di luar hari kerjanya, seperti menghabiskan akhir pekan mengunjungi tempat wisata maupun pusat perbelanjaan yang ada di Jakarta.
Menurut Ika, kondisi halte bus Trans-Jakarta dan stasiun MRT Blok M yang sudah integrasi sangat memudahkan para pengguna transportasi umum sepertinya. “Kalau untuk ngabisin waktu di weekend naek kereta untuk jalan-jalan hemat banget,” ujar Ika.
Ia juga berharap, integrasi antarmoda transportasi semakin banyak diterapkan. Selain memudahkan, ketika dari kereta ingin melanjutkan perjalanan dengan bus, bisa dijangkau.
Sementara Devis, 27, mengaku kesal dengan kebijakan baru KAI yang akan menetapkan Stasiun Manggarai menjadi stasiun sentral.
Bertempat tinggal salah satu apartemen di daerah Depok, Jawa Barat, setiap harinya Devis menggunakan transportasi KRL untuk berangkat kerja menuju kantornya yang berada di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. “Sebelumnya enggak transit di Manggarai. Langsung sampai Duri baru transit ke Stasiun Pesing,” ujarnya.
Menurutnya, Stasiun Manggarai belum layak menjadi stasiun sentral. Dari segi pembangunan dan fasilitas, ia menilai masih belum efektif secara keseluruhan.
Dengan adanya penumpukan penumpang yang harus transit di Stasiun Manggarai, menjadikan kapasitas kereta yang overload. Seperti halnya, tempat duduk untuk penumpang lansia yang kadang sudah terisi.
Kendati demikian, mau tidak mau Devis tetap menggunakan KRL sebagai transportasi untuk dirinya bekerja. Selain biaya tempat tinggal yang mahal di Jakarta, dirinya tidak mau repot berpindah tempat tinggal.
“Masa gara-gara kebijakan seperti ini jadi gak bisa nabung. Tidak heran kota ini menjadi tempat dengan level s....