ANGGOTA Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher menyayangkan kabar diskriminasi identitas pengguna jilbab yang diduga menimpa calon tenaga kesehatan (nakes) di Rumah Sakit (RS) Medistra Jakarta. Dugaan diskriminasi tersebut dikuatkan dengan surat protes seorang dokter yang kemudian viral di media sosial
“Jika hal itu benar terjadi, maka sangat disayangkan karena kebebasan menjalankan perintah agama masih dipersoalkan, apalagi ini rumah sakit yang harusnya tidak pandang bulu dalam melayani,” kata Netty, di Jakarta, kemarin.
Netty menjelaskan mengenakan jilbab di ruang pelayanan publik merupakan hal yang umum. Ia menilai larangan tenaga kesehatan mengenakan jilbab saat bekerja merupakan kebijakan yang tidak masuk akal. Profesionalitas seorang tenaga kesehatan diukur dengan kode etik dan standar profesionalitas dalam bekerja.
“Seorang tenaga medis terpaksa meninggalkan pekerjaannya karena jilbab dipermasalahkan. Ini tidak masuk akal. Padahal, di ruang-ruang publik maupun instansi pemerintah, penggunaan jilbab merupakan hal umum,” kata Netty.
Wakil ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk turun tangan melakukan investigasi terkait dugaan diskriminasi pemakaian jilbab di lingkungan rumah sakit. Diskriminasi tersebut dapat mengancam kerukunan hidup antar umat beragama.
“Kepada pihak Kemenkes agar turun dengan segera melakukan investigasi karena jika benar hal demikian telah terjadi maka berarti RS tersebut telah melakukan pelanggaran HAM dan konstitusi serta telah merusak kerukunan hidup antar umat beragama di negeri ini dan hal demikian tentu saja tidak kita inginkan,” kata Anwar.
Terkait kabar diskriminasi pengguna jilbab tersebut, pihak Rumah Sakit Medistra telah memberikan pernyataan maaf. Manajemen rumah sakit telah melakukan penanganan secara internal terkait proses rekrutmen yang sedang berlangsung.
“Kami meminta maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan akibat isu diskriminasi yang dialami oleh salah seorang kandidat tenaga kesehatan dalam proses rekrutmen. Hal tersebut kini tengah dalam penanganan manajemen,” kata Direktur RS Medistra Jakarta Selatan, Agung Budisatria.
Menurut dia, RS Medistra merupakan organisasi yang inklusif dan terbuka bagi siapa saja yang mau bekerja sama untuk menghadirkan layanan kesehatan terbaik bagi masyarakat.
“Ke depan, kami akan terus melakukan proses kontrol ketat terhadap proses rekrutmen ataupun komunikasi, sehingga pesan yang kami sampaikan dapat diterima dengan baik oleh semua piha....
- Home
- Category
- POLKAM
- FOKUS
- EKONOMI
- MEGAPOLITAN
- OPINI
- SUARA ANDA
- NUSANTARA
- HUMANIORA
- INTERNASIONAL
- OLAHRAGA
- SELEBRITAS
- EDITORIAL
- PODIUM
- SELA
- EKONOMI DIGITAL
- PROPERTI
- KESEHATAN
- OTOMOTIF
- PUNGGAWA BUMI
- BELANJA
- JENDELA BUKU
- WAWANCARA
- TIFA
- PESONA
- MUDA
- IKON
- MEDIA ANAK
- TRAVELISTA
- KULINER
- CERPEN
- HIBURAN
- INTERMEZZO
- WEEKEND
- SEPAK BOLA
- KOLOM PAKAR
- GARDA NIRBAYA
- BULAKSUMUR
- ICON
- REKA CIPTA ITB
- SETARA BERDAYA
- EDSUS HUT RI
- EDSUS 2 TAHUN JOKOWI-AMIN
- UMKM GO DIGITAL
- TEKNOPOLIS
- EDSUS 3 TAHUN JOKOWI-AMIN
- PROMINEN
- E-Paper
- Subscription History
- Interests
- About Us
- Contact
- LightDark
© Copyright 2020
Media Indonesia Mobile & Apps.
All Rights Reserved.