PUASA atau al-shaum secara harfiah al-imsak artinya menahan diri. Muslim yang berpuasa ialah orang yang mampu menahan hawa nafsu. Menahan diri dari makan, minum, dan pemenuhan nafsu biologis sebagai simbol menahan diri dari segala hasrat duniawi.
Mereka yang berpuasa mampu menaklukkan hawa nafsu dengan menyalurkannya secara baik dan tidak membiarkannya liar. Mereka yang lulus berpuasa termasuk golongan washatiyyah, yaitu orang yang bersikap tengahan atau secukupnya dalam menjalani kehidupan.
Hawa nafsu itu induk dari semua berhala, kata sufi terbesar Jalaluddun Rumi. Takhta, harta, dan segala pesona dunia sering membuat manusia lupa diri sehingga menjadi pemuja nafsu. Nafsu berlebih sering menjadikan manusia serakah atas dunia. Nabi memberi ilustrasi, bila dia minta satu gunung emas dan diberi, ia akan minta gunung emas kedua dan ketiga. Kebenaran, kebaikan, kepantasan, dan nilainilai luhur agama atau aturan yang baik akan diterabas demi hasrat nafsu berlebih itu.
Berpuasa itu tujuannya la’allakum tattaquun agar insan muslim makin bertakwa (QS Al-Baqarah: 183). Takwa ialah wiqayah (kewaspadaan) lahir batin untuk selalu khasyah (takut) kepada Allah dengan menjalankan segala perintahnya, menjauhi segala larangannya, dan lebih jauh lagi kita terjaga dirinya dari siksa neraka. Artinya, mereka yang berpuasa menjalani kehidupan menjadi lebih utama hidupnya untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Insan bertakwa selalu ber-taqarrub kepada Allah dan menjalani kehidupan dengan benar, baik, dan patut sesuai tuntunan ajaran Islam. Insan bertakwa itu senantias beriman, berilmu, dan beramal saleh dengan sepenuh hati untuk meraih kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.
Orang bertakwa itu hidupnya bersih lahir dan batin, disiplin, tanggung jawab, taat aturan, suka bekerja keras, berani dalam kebenaran, rasa malu ketika salah, serta memiliki kehormatan dan martabat diri yang tinggi selaku manusia yang mulia dan utama.