ROBERT Budi Hartono, orang terkaya di Republik ini yang merupakan pemilik produsen rokok Djarum, tidak merokok. Demikian pula pemilik Gudang Garam, Susilo Wonowidjojo, yang merupakan orang terkaya ke-14 di Indonesia. Alasan mereka sederhana: rokok berbahaya bagi kesehatan, sebagaimana tercantum pada kemasannya.
Sementara itu, konsumen rokok terbanyak ialah rakyat miskin. Merokok ialah salah satu penyebab utama kemiskinan. Pada rumah tangga miskin, rokok ialah pengeluaran terbesar kedua setelah makanan pokok seperti beras, mengalahkan belanja untuk kebutuhan protein seperti telur, daging, ayam, hingga tahu dan tempe. Kecukupan gizi anak dan keluarga seringkali dikalahkan oleh konsumsi rokok kepala keluarga. Seorang perokok jauh lebih mudah menderita serangan jantung, stroke, kanker dan penyakit paru, yang menyebabkan perokok tidak produktif dan rentan jatuh dalam kemiskinan.
Selain memperkaya pengusaha rokok, perokok ‘menyumbang’ cukai kepada negara Rp198,02 triliun selama tahun 2022, sementara sebagian besar mereka miskin atau rentan menjadi miskin. Ini sungguh ironis. Perlu langkah komprehensif untuk mengurangi jumlah perokok yang jelas tidak cukup dengan hanya menaikkan cukai rokok. Argumentasi mengenai pembatasan rokok yang dikatakan dapat merugikan rakyat kecil terasa hampa bila dihadapkan pada data bahwa korban terbe....