Pada 11 -14 Februari 2021, masyarakat Pargarutan Baru berkesempatan menghadiri upacara Pabuat Boru Marhabuatan yang langka dan unik. Dahulu menurut penjelasan Sutan Soripada Mulia Harahap, Raja Panusunan Bulung Luat Pargarutan yang juga Ketua Forkala (Forum Komunikasi Antar Lembaga Adat) Kabupaten Tapanuli Selatan, pesta semacam ini digelar selama tujuh hari tujuh malam. Paling tidak, kata dia, satu kerbau, satu sapi, dan satu kambing harus disembelih untuk merayakan pesta besar ini. Orangtua si pengantin perempuan menghelat ini sebagai ungkapan rasa bahagia karena anak gadisnya sudah memasuki jenjang baru dalam hidupnya, yakni menjadi seorang istri. Pesta ini diadakan di tempat kediaman pihak perempuan.
Menurut Sutan Soripada Mulia, seorang gadis Batak Angkola dipabuat (diberangkatkan) dari rumah orangtuanya dengan tiga cara, yaitu mangalua (kawin lari), dipabuat (dilepas dengan horja kecil atau menengah), dan markabuatan (dilepas dengan horja besar). Perhelatan Pabuat Boru Marhabuatan yang diselenggarakan itu termasuk langka. Sutan Soripada Mulia selaku Raja Panusunan Bulung Luat Pargarutan selama hidupnya mengaku baru tiga kali menyaksikan dan atau menyelenggarakan upacara adat semacam ini. Pesta ini biasanya berlangsung selama tiga hari tiga malam.
Pada hari pertama, tepat pukul 09.00 WIB, doal (gong) pembuka acara dimulai. Raja Panusunan Bulung, keturunan langsung dari raja pembuka luhat wilayah Pargarutan Kabupaten Tapanuli Selatan, sudah duduk di singgasananya yang bernama amak lappis berlapis tujuh. Juru bicaranya yang diberi gelar urangkaya na pande membuka acara dalam langgam khas Batak Angkola yang disebut onang-onang. Digelarlah musyawarah besar bertajuk martahi godang. Ayah sang pengantin perempuan beserta tiga pihak kerabatnya dalam dalihan natolu menyerahkan sepenuhnya penyelenggar....