EKONOMI

Subsidi Melonjak, Gas Bumi Jadi Solusi

Sel, 03 Sep 2024

BESARNYA subsidi energi, khususnya LPG, akan menjadi beban bagi pemerintah baru. Karena itu, pemerintah mesti mengambil terobosan dengan mengoptimalkan sumber daya alam domestik, seperti gas bumi yang produksi dan cadangannya masih sangat besar di Indonesia.

“Saya kira upaya melakukan diversifikasi sumber energi menjadi penting untuk dilakukan oleh pemerintahan yang baru nanti, terutama dalam upaya mencapai target penurunan emisi gas buang di beberapa tahun mendatang, dan juga dalam upaya mengurangi subsidi yang relatif besar,” kata ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet.

Berdasarkan data Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), subsidi gas sejak 2019 sampai tahun ini mencapai Rp460 triliun. Nilai impor LPG pada 2019-2023 senilai Rp288 triliun, sedangkan total subsidi gas pada periode yang sama senilai Rp373 triliun. Artinya, 77% subsidi LPG dipakai untuk mengimpor LPG.

Yusuf menilai gas bumi akan semakin memiliki peran strategis bagi pemenuhan energi nasional ke depan. Selain berperan sebagai energi transisi menuju net zero emission pada 2060 seperti ditargetkan pemerintah, gas bumi juga paling banyak ditemukan di Indonesia saat ini.

“Indonesia menjadi negara yang masuk ke salah satu negara yang mempunyai cadangan gas yang besar di dunia,” lanjutnya.

Salah satu aset strategis yang harus segera dioptimalkan pemerintahan baru ialah perluasan jaringan gas bumi untuk rumah tangga (Jargas).

Dengan memanfaatkan jaringan gas kota, langkah itu bisa membuka peluang pemerintah untuk memperkecil subsidi dibandingkan impor LPG yang selama ini punya share relatif besar dalam subsidi di APBN.

Hal tersebut sejalan dengan inisiatif yang sedang diupayakan Kementerian ESDM agar pemanfaatan Jargas bisa lebih maksimal.

“Kita bisa memanfaatkan produksi gas dalam negeri untuk pengganti LPG, serta bisa mengurangi impor dan subsidi,” ungkap Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Kementerian ESDM Noor Arifin Muhammad dalam keterangan resminya akhir pekan lalu.

Ke depan, pihaknya berharap program Jargas bisa diekspansi lebih luas dan penetrasinya bisa lebih dimasifkan, mengingat penggunaan gas bumi sejalan dengan peta jalan yang digagas pemerintah dalam transisi menuju energi bersih.

Sejauh ini, pelaksanaan pembangunan Jargas dilakukan melalui pembiayaan APBN dan non-APBN (Badan Usaha). Sampai dengan akhir 2023, total Jargas yang telah terbangun mencapai sebanyak 992 ribu sambungan rumah (S....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement