MASYARAKAT di Provinsi Jambi memiliki tradisi saat hendak mendirikan sebuah bangunan. Upacara tersebut merupakan peletakkan tiang pertama atau tiang induk yang disebut Tiang Tuo. Tegak tiang tuo merupakan adat istiadat yang diwariskan oleh leluhur dan masih dijaga hingga saat ini oleh masyarakat Adat Desa Danau Lamo, Kabupaten Muaro Jambi, secara turuntemurun. Upacara ini menjadi pengiring pelaksanaan acara peletakkan batu pertama dimulainya pembangunan Museum Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, Rabu (5/6).
Kepala Desa Danau Lamo Datuk Ismail Ahmad menjelaskan jenis kayu yang umumnya digunakan untuk Tegak Tiang Tuo biasanya kayu bulian. Kayu itu diletakan di tengah lokasi bangunan. Lalu ada cecokot, stabun tawar yang juga diletakkan bersama Tiang Tuo. Tiang Tuo juga dibacakan pento yang bermakna harapan, doa, serta tolak bala.
Upacara diawali dengan dibawanya Tiang tuo oleh pegawai syara’,alimulama, cerdik pandai, tuo tengganai diiringi pemangku adat, pegawai adat dan para datuk kepala desa. Kemudian, diikuti dengan pembawaan cecokot yang terdiri atas tapak kuda, tahi angin, tahi besi, emas, perak dan garam) dan setabun tawar.
Peletakan cecokot dimulai dari peletakan emas, perak, serbuk besi, dan terakhir tapak kuda. Emas melambangkan cahaya dan rezeki, perak melambangkan kemakmuran, serbuk besi diartikan bahwa sang punya rumah merupakan orang yang bertekad kuat. Sedangkan peletakkan tapak kuda melambangkan kekuatan bak Kuda Pelajang Bukit.
Lalu, ada peletakkan sawang angin oleh ketua adat yang melambangkan kesejukan dan kenyamanan dengan harapan, bangunan itu bisa menjadi naungan yang sejuk. Setelah setabun tawar dan secupak garam ditaburkan, tetua adat membacakan pento Tiang Tuo. Ketua Adat Desa Danau Lamo Idham Arit menjelaskan itu dimaksudkan supaya segala hal negatif meninggalkan tempat akan didirikannya bangunan. Setelah itu, barulah penegakkan Tiang Tuo oleh pemangku adat, lembaga adat, pegawai syara’, alim ulama, tuo tengganai dan para datuk kepala desa. Kemudian, Tiang tuo dipasangkan pakaian serta diberi riasan layaknya perempuan. Berdasarkan tradisi setempat, penghuni utama rumah ialah seorang perempuan yang merawat dan menjaga bangunan itu dengan baik.
Tiang tuo juga dipayungi rotan daun seredang. Menjelang akhir upacara, qulhu tahlil serta doa dirapalkan. Upacara adat ditutup dengan dengan puluran selemak semanis sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT. Selemak semanis ialah hidangan penutup setelah kegiatan beselang tegak tiang tuo digelar. Harapannya supaya bangunan yang akan didirikan menjadi nyaman dan indah dipandang bak ma....