ANJAS Tajudin Rahayu, 30, tak menyangka pekerjaan membantu pembongkaran amunisi kadaluwarsa milik TNI AD di Pantai Blok Peledakan, Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Senin (12/5) lalu justru berubah menjadi duka.
Sudah sejak 2017 silam ia diajak Rustiawan, saudaranya, ikut bekerja membantu personel TNI AD di wilayah itu membongkar amunisi yang kadaluwarsa untuk dimusnahkan.
Siang itu, ia bersama belasan pekerja lainnya tengah sibuk mempersiapkan pemusnahan amunisi seperti biasanya. Ada yang menggali lubang sumur untuk titik pemusnahan, mengambil air laut untuk mengisi tandon, mengatur drum dan ada yang membongkar amunisi.
Masih terekam jelas suara Rustiawan yang memintanya mengambil tutup drum yang akan digunakan sebagai kelengkapan alat dalam pemusnahan amunisi. Kalimat itu justru menjadi kalimat terakhir dari Rustiawan.
Saat Anjas berjalan sekitar 25 meter menjauh dari titik para pekerja termasuk Rustiawan berkumpul membongkar amunisi untuk mengambil tutup drum, ledakan besar terjadi.
Ketika menoleh ke arah tempatnya semula, Anjas tak lagi menemukan tenda pekerja. Yang ada, hanya kepulan asap hitam dan debu yang membumbung tinggi serta lontaran serpihan-serpihan berbagai macam benda. Rustiawan tewas dalam ledakan itu bersama 12 pekerja lainnya.
“Ledakan dahsyat disertai getaran sangat terasa di lokasi membuat serpihan tubuh, tulang korban beterbangan menghantam punggung dan membuat baju yang dipakai robek terbakar. Kalau saya tidak disuruh ambil peti dan tutup drum sama Rustiawan, saya juga bisa menjadi korban. Setelah kejadian itu terjadi saya panik langsung meninggalkan lokasi menyelamatkan diri memakai sepeda motor,” ujarnya.
Hingga kini, ia tidak memahami penyebab ledakan tersebut terjadi. Menurutnya, sebelumnya pemusnahan amunisi berjalan lancar dan tidak tercium kendala yang menyulitkan.
“Pak Rustiawan salah satu senior dipercaya TNI untuk membantu proses peledakan amunisi kadaluwarsa. Upahnya dibayar harian. Kadang Rp100 ribu, Rp150 ribu, dan Rp200 ribu tergantung banyaknya pekerjaan. Kami sangat bersyukur selamat dari peristiwa tersebut, dan memang yang selamat juga Ilmansyah, lantaran sebelum terjadi ledakan sedang membawa air laut,” paparnya.
Korban selamat lainnya, Ilmansyah atau Iyus, 26, merupakan adik dari Yusrizal, 48, yang juga tewas dalam peristiwa itu. Sama seperti Anjas, Iyus juga selamat berkat diminta Yusrizal untuk mengambil air di laut guna mengisi tandon. Atas instruksi sang kakak, Iyus kemudian pergi ke pesisir dan mengambil air. Namun, di saat itulah ledakan terjadi dan Yusrizal pun meninggal dunia dalam ledakan itu.
Sambil berurai air mata, Iyus mengenang perintah sang kakak untuk mengambil air laut yang ternyata menyelamatkan nyawanya. Ia sempat berteriak memanggil sang kakak, namun tak ada jawaban.
“Saya berteriak ‘Aa (kakak) Iyus di mana?’. Saya jalan ke tempat parkir mobil memastikan teman pekerja saya masih hidup. Tapi yang saya cari tidak ada,” katany....