HUMANIORA

Waspada Ancaman Endemis DBD Setiap Tahun

Kam, 15 Apr 2021

DEMAM berdarah dengue (DBD) banyak dijumpai di daerah tropis dan sering menimbulkan kejadian luar biasa. DBD disebabkan virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih menyebut penularan DBD yang begitu cepat karena melalui vektor dan jangkauan vektor nyamuk Aedes aegypti bisa terbang sejauh 200 meter.

“Kalau korona itu droplet karena batuk dalam jarak 3 meter. Nyamuk ini terbangnya lebih jauh lagi. Jadi memang penyebarannya akan lebih cepat DBD, jangkauan bisa 100 meter dan 200 meter,” sebut Daeng kepada Media Indonesia, Selasa (13/4).

Daeng menuturkan, DBD yang menjadi peristiwa berulang bahkan KLB dengan korban meninggal banyak, termasuk penyakit yang belum tereradikasi secara total sehingga disebut endemis. Kemenkes mencatat kasus DBD sampai dengan minggu ke-13 2021 telah mencapai 4.234 kasus dengan angka kematian 44 orang.

“Sudah ada dan sewaktu-waktu dia muncul. DBD ini termasuk penyakit yang karena dia ada receiver, ada vektornya, ada penularan lewat nyamuk. Jadi nyamuk ini kalau ada berpotensi kemudian menjadi penyebar dari DBD tadi. Kalau musim-musim tertentu seperti musim hujan yang cenderung kemudian menyebabkan tempat perindukan nyamuk ini terusir oleh air, dia akan mencari tempat lain. Tempat lain itu kemudian masuk ke rumah-rumah kita menggigit kita dan menyebar DBD ke orangorang,” ungkapnya.

Daeng menyebut ada tiga gejala khas DBD yang bisa dideteksi secara secara baik, di antaranya pertama panas yang cukup khas. “Jadi kalau orang bilang bentuknya seperti plana, naik-turun mungkin waktu hari pertama sampai hari ketiga panasnya tinggi sekali, hari keempat kelima dia turun, bukan karena sembuh karena memang perjalanan panasnya begitu setelah itu dia panas lagi, tetapi akhir-akhir ini memang kadang-kadang tidak khas, lemas, merasa pening linu-linu,” tuturnya. Jika sudah ada kecurigaan segera diperiksa ke dokter. Nantinya dilakukan uji tekan dengan torniket sehingga ada gejala perdarahan, muncul bintik-bintik.

Kemudian, manifestasi perdarahan gejala perdarahan baik di kulit, hidung, mulut, maupun BAB harus dicurigai. Jika sudah musim DBD, sebaiknya anak-anak dengan gejala itu harus segera mendapatkan perawatan medis. “Sebaiknya kalau panas, terutama anak kecil, ya, panas rewel, enggak mau makan dan lemas sebaiknya dibawa ke dokter langsung diperiksa. Apalagi jika timbul bintik merah di badan,” terangnya.

Daeng mengungkapkan bahwa DBD bisa saja menyerang orangorang dengan sistem imun yang baik sehingga kunci melawan DBD ialah mencegah agar tidak tergigit nyamuk dan tidak ada perindukan nyamuk.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Didik Budijanto menyampaikan pentingnya peran serta masyarakat dalam upaya mencegah penyebaran kasus DBD. “Peran masyarakat sangat diperlukan untuk mencegah kasus DBD,” kata Didik kepada Media Indonesia, Selasa (12/4).

Kemenkes memiliki tiga program utama untuk mencegah timbulnya kasus DBD, yaitu pengendalian vektor, peningkatan sistem surveilans, dan peningkatan kapasitas terhadap deteksi dini dan tata laksana kasus. Peningkatan surveilans dengan bantuan aplikasi Sistem Informasi Pengendalian Vektor (Silantor) karena gejala infeksi covid-19 dan DBD memiliki ciri yang mirip sehingga para petugas kesehatan harus benar-benar bisa membedakan antara geja....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement