SUARA Ngilo terdengar bergetar sayup. Air matanya jatuh satu per satu. Pemimpin kelompok orang rimba Pauh Menang itu berdiri di tengah ruang pertemuan Gedung Lembaga Adat Melayu Jambi, Kabupaten Tebo, Jambi, Minggu (4/5) lalu.
Karena berusaha menekan rasa kesal dan hawa amarah, Ngilo dengan nada sedikit meninggi mengadukan nasib orang rimba, khususnya di sekitar kelompoknya, yang tidak kunjung sembuh dari derita akibat kehilangan hutan, kehilangan ruang hidup, dan kehilangan martabat.
“Kami mencari makan sambil bertaruh nyawa. Kami telah kehilangan hutan, kami butuh hidup. Kami siap dengan hukum negara ini, tapi tolong bantu kami supaya ada sumber hidup, mencari sesuap nasi untuk keluarga kami,” ungkapnya pada rapat mediasi konflik orang rimba (suku anak dalam) dengan PT Persada Harapan K....