DUNIA hari ini sedang demam tinggi. Ketegangan antara Iran dan Israel yang kembali membara sejak pertengahan Juni 2025 bukan sekadar konflik kawasan, melainkan juga api yang bisa menyambar ekonomi global dalam sekejap. Pasar minyak dunia melonjak lebih dari 10% hanya dalam semalam, sementara ancaman penutupan Selat Hormuz, jalur 20% suplai minyak dunia, mengubah detak jantung pasar energi dan memperuncing volatilitas komoditas strategis.
Di tengah turbulensi itu, Indonesia tidak bisa hanya menjadi penonton yang berharap badai segera reda. Ketergantungan tinggi pada impor energi dan pangan telah membuat fondasi ekonomi nasional menjadi rapuh terhadap guncangan eksternal. Kini, pertanyaannya bukan sekadar bagaimana bertahan, melainkan juga ber....