CERPEN

Rumah Makan Kelok Awas

Min, 24 Apr 2022

GEMBIRA betul pemuda perantauan itu sampai di kawasan perbukitan Kelok Awas. Meski jalan naik-turun berkelok-kelok menambah rasa lelahnya mengemudi, ia tak peduli. Kawasan itu sudah dekat kampungnya. Selepas turunan panjang, ia akan melewati beberapa kampung lagi untuk sampai ke rumah tempat ia dilahirkan, tetapi itu sudah membuat lega hati. Jalan akan lebih lempeng dan aroma kampung halaman terasa jernih mengurapi penciuman.

Paling membuatnya senang tak terkira-kira ialah selepas kelokan besar yang disebut Kelok Awas karena begitu patahnya (“Setajam siku,” kata orang-orang) ia akan sampai di tempat itu, tempat yang selalu ia bayangkan selama perjalanan: sebuah rumah makan.

Ya, sebuah rumah makan tak jauh dari kelok patah siku. Kecil saja. Dinding-dindingnya menempel ke tebing bukit. Halamannya hanya menampung tiga hingga lima minibus, itu pun harus mepet ke tepi jalan. Mungkin karena itu, meski masakannya terkenal enak, bus-bus pagi dan bus malam tidak berhenti di situ. Mereka berhenti makan di warung sebelum pendakian yang hala....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement