CERPEN

Menak

Min, 04 Sep 2022

SAAT ditanya apa cita-citanya, Memet selalu dengan lantang menjawab sopir truk!

Waktu Memet kecil dulu, di kampungnya tidak ada yang lebih keren daripada sopir truk. Memet tinggal di tengah sawah, dengan sejauh mata memandang, padi terhampar seperti permadani berwarna hijau. Jalan menuju dusunnya tidak mudah dilewati kendaraan, apalagi jika kendaraan itu memiliki roda lebih dari dua. Truk hanya bisa masuk ke dusunnya ketika musim penghujan usai, saat sawah telah kering dan tanah menjadi padat. Jika ada truk yang datang, Memet dan teman-temannya akan berlari mengejar truk, lalu melompat untuk menempel di bokongnya. Itu adalah masa-masa paling membahagiakan dalam hidupnya.

Memang dunia Memet hanya seputaran sawah dan rumah. Meski begitu, ia sangat bahagia. Setiap bangun, ia langsung ke teras rumah, menghirup segar udara pagi. Di sekelilingnya ia pandangi alam masih nyenyak diselimuti kabut. Sepagi itu Inaq sudah menyediakan sepiring pisang goreng dengan segelas teh panas. Memet akan menikmati hidangan itu sambil mendengarkan kicau burung merpati yang mengitar pada langit berwarna magenta. Kemudian saat matahari muncul dan sinar kuning keemasan melesat dari sela pinggang gunung, Memet bergegas menuju sumur yang letaknya dua puluh tiga lang....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement