LAHIR di lingkungan perajin songket di Palembang membuat Kiagus Muhammad Aditia tumbuh akrab dengan kain tersebut sejak belia. Namun, minatnya pada kain tradisional tersebut baru terjadi pada 2010, saat ia berkuliah. Ketika itu, laki-laki yang akrab disapa Adit itu mengamati ada persoalan mengenai kain songket yang pengembangan produknya stagnan. Namun, karena saat itu masih berkuliah, Adit belum bisa berbuat banyak dan konkret pada produk tenun tersebut.
Setelah lulus kuliah dari jurusan ilmu komputer, ia mencoba mengepul limbah kain songket untuk dikreasikan menjadi gantungan kunci. Modalnya cukup Rp150 ribu saja. Namun, dari situ bisnisnya pun bergulir. Adit bisa mengumpulkan modal menjadi lebih besar, hingga Rp3 juta.
Pada 2017 itu, Adit mendirikan merek Pash, merek yang menawarkan suvenir dari kain songket Palembang. Dari sekadar gantungan kunci, itu berkembang ke produk tas, dompet, hingga pakaian siap pakai. Ketika dia memulai bisnisnya pada tahun pertama, Adit langs....