CERPEN

Kabut dan Asap

Min, 26 Mar 2023

SUBUH hampir tiba dan kabut lagi-lagi turun. Menyelimuti kota dengan haru yang menutup pandangan mata. Membuat para warga jadi kesulitan untuk berjalan ke surau dan melaksanakan salat Subuh. Aku melihat Pak Jadi di tepian Kapuas. Ia tidak lagi batuk-batuk seperti biasa. Yang ada ia hanya memandang cahaya bulan yang tecermin di riak Kapuas. Entah mengapa ia jadi bisa melihatku saat itu, “Cemane care buku bise buat kau meninggal?”

Saye rasa buku ndak bise-lah buat orang meninggal,” jawabku.

“Tapi waktu rumah saye terbakar, berikut buku-buku peninggalan almarhumah istri, saya seperti ikut mati terbakar.” Aku baru saja akan menyelanya saat ia melanjutkan, “Saye ingat betul subuh sebelumnya kabut pun turon gak cemni. Saket saye hirup napas sam....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement