CERPEN

Asing Usang

Min, 22 Okt 2023

LANGIT menyala memerah, matamu membeliak memerah, wajah mereka memanas memerah, dan bercak pada bajuku juga mengental memerah. Sejak sore hingga menjelang fajar, semua terlihat memerah. Hanya gulungan asap yang berwarna kelabu dan terus menutup jalan napas dan mendesak-desak rongga dada dan memancing buliran air mata yang semakin menyulut amarah di dadaku juga dadamu.

Kita lahir di tanah yang satu. Kita hidup dari hutan yang satu. Lalu mengapa tanah dan hutan itu pula yang membuat kita berseteru? Aku masih ingat belasaan tahun lalu, setelah Nanang dan Meme memutuskan menjual rumah dan sepetak sawah untuk mendapat penghidupan baru di pulau yang asing, kamu mendatangiku dengan mata dan hidung yang memerah.

Dengan bergetar, tanganmu yang cokelat gelap mengulurkan sebuah mahkota dari bunga liar yang kuduga dipetik dari tepian hutan. Tanpa meminta persetujuanku, kamu meletakkannya di atas kepalaku. Lalu kita hanya....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement