SATGAS Penanganan Covid-19 menyatakan, dalam sehari, 158,5 ton limbah medis covid- 19 dihasilkan dari sejumlah fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) di Indonesia.
Sebagian besar merupakan APD sekali pakai yang digunakan oleh petugas kesehatan, seperti masker, sarung tangan, celemek pelindung, pelindung wajah, kacamata pengaman, wadah pembersih, sepatu plastik, dan baju hazard berbahan zat polimer seperti polipropilen.
Produk-produk plastik ini dapat dikategorikan sebagai makroplastik (berukuran 5 mm-2,5 cm) dan mesoplastik (berukuran lebih dari 2,5 cm), yang dapat ‘meracuni ‘ lingkungan akibat pengelolaan limbah yang buruk atau pembuangan yang tidak tepat.
Dari hasil studi berjudul Covid Pollution: Impact of Covid-19 Pandemic on Global Plastic Waste Footprint yang dirilis pada Februari 2021, peneliti menyatakan bahwa limbah covid-19 tidak hanya mengancam lingkungan, tapi juga kesehatan manusia.
Serpihan plastik limbah covid-19 berukuran partikulat kecil bisa tertelan oleh satwa laut yang kemudian dikonsumsi manusia.
“Lebih dari itu, makro, meso, dan mikroplastik di lingkungan dan ekosistem laut dapat berfungsi sebagai vektor potensial patogen,” sebut peneliti yang terdiri atas Nsikak U Bensona, David E Bassey, dan Thavamani Palanisam, seperti dilansir dari laman Science Direct.
Peneliti lain memperkirakan, sekitar 3,4 miliar masker sekali pakai atau pelindung wajah dibuang setiap harinya, sebagian besar dari wilayah Asia. Masker yang dibuang begitu saja ke lingkungan dapat terdegradasi menjadi partikel berukuran lebih kecil yang mencemari lingkungan.
“Masker sekali pakai bisa menumpuk dan melepaskan zat kimia dan biologi yang ber bahaya, seperti bisphenol A, logam berat, serta mikro organisme patogen,” kata para peneliti dari Universitas Denmark Selatan dan Universitas Princeton dalam jurnal Frontiers of Environmental Science & Engineering, dikutip dari Fox News.