HUMANIORA

Cegah PTM, BRIN Buat Aplikasi Pengontrol Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak

Sel, 06 Agu 2024

KASUS penyakit tidak menular (PTM), termasuk pada anak-anak terus mengalami peningkatan, Konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL) yang tidak terkontrol menjadi salah satu penyebab utamanya. Menanggapi isu tersebut, saat ini Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan aplikasi mobile untuk mengontrol konsumsi GGL. Pengembangan aplikasi dipilih untuk memudahkan intervensi pada kalangan anak muda dan remaja.

“GGL berlebih dapat menyebabkan obesitas, hiperglikemia, dan hiperkolesterolemia. Untuk mengendalikan perilaku konsumsi GGL yang berlebihan diperlukan suatu intervensi edukasi yang tepat dan efektif seperti aplikasi edukasi GGL pada remaja,” ucap Peneliti Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi (PR Kesmas) Mugi Wahidin dalam keterangan resmi, kemarin.

Mugi menyampaikan PTM merupakan masalah yang sangat besar di dunia termasuk Indonesia. Disebutkannya, 70% kematian itu terjadi akibat PTM terutama stroke, penyakit jantung, diabetes, dan kanker yang disebabkan oleh perilaku berisiko termasuk mengonsumsi GGL secara berlebihan.

Di sisi lain, Mugi mengatakan teknologi artificial intelligence (AI) sudah banyak dimanfaatkan di segala bidang, termasuk bidang kesehatan. AI bisa menganalisis data medis secara masif dan mendalam yang berguna untuk membantu tenaga medis dalam mengenali penyakit serta memberikan rekomendasi pengobatan yang lebih tepat dan efektif.

“Pada tahun 2023 kami melakukan suatu penelitian untuk mengembangkan suatu model intervensi edukasi berbasis digital, harapannya dapat dilanjutkan menjadi berbasis AI. Konsepnya sudah ada tinggal dikembangkan lebih lanjut terutama untuk membatasi atau mengendalikan konsumsi GGL” kata Mugi.

”Model digital berbasis website dan aplikasi sudah dapat digunakan dan cukup diterima oleh remaja dengan penilaian sebagian besar cukup puas dan puas, tetapi perlu dikembangkan lagi teknologi interaktifnya agar lebih menarik untuk meningkatkan pengetahuan, sehingga mengubah pola makan dan perilaku berisiko lainnya. Oleh karena itu perlu dikembangkan dengan teknologi AI,” pungkas Mugi.

Dalam kesempatan tersebut Kepala Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN, Wahyu Pudji Nugraheni menambahkan, penggunaan AI dalam bidang kesehatan telah memberikan banyak manfaat bagi tenaga medis, peneliti, dan pasien.

“Teknologi AI telah mengubah lanskap dunia kesehatan dengan berbagai inovasi. Tidak hanya meningkatkan kualitas layanan kesehatan tetapi juga membantu dalam edukasi kesehatan yang lebih personalisasi b....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement