NUSANTARA

Desa di Cianjur Didorong Punya Leuit

Sen, 02 Sep 2024

SETIAP desa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, didorong pemerintah daerah setempat memiliki leuit (lumbung padi). Keberadaannya dipandang perlu untuk menyimpan gabah yang sewaktu-waktu bisa digunakan ketika terjadi penurunan produksi akibat kekeringan atau bencana lainnya.

Bupati Cianjur Herman Suherman mengatakan, leuit merupakan semacam gudang yang digunakan menyimpan gabah atau padi. Di Kabupaten Cianjur, sejumlah desa sudah ada yang berinisiatif membangun leuit.

“Jadi, hasil panen padi petani itu ada yang dibeli pihak desa. Kemudian disimpan di leuit. Gabah atau padi akan dikeluarkan saat kondisinya darurat atau mendesak,” terang Herman.

Di tengah kondisi kemarau panjang akhir-akhir ini yang berdampak terhadap potensi kerawanan, Herman memandang keberadaan leuit sangat penting. Sebab, desa bisa mengantisipasi turunnya produksi gabah karena sudah memiliki cadangan yang disimpan di dalam leuit.

“Dari mana desa membeli gabah para petani yang nanti jadi cadangan di dalam leuit?. Saya sudah perintahkan DPMD (Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa) serta para kades (kepala desa), dana ketahanan pangan yang Rp200 juta diprioritaskan untuk membeli gabah dari para petani,” tegasnya.

Terkait penurunan produksi padi, di Bengkulu produksi gabah kering pada periode Januari hingga Juli turun sekitar 1000 ton. Pada 2023 produksi gabah kering berjumlah 14.423 ton, namun pada 2024 berjumlah 13.508 ton.

“Berdasarkan data yang berhasil dapatkan dari para penyuluh pertanian, untuk hasil gabah kering padi, periode Januari hingga Juli 2024 berjumlah 13.508 ton gabah sedangkan di tahun sebelumya 14.423 ton gabah. Artinya tahun ini mengalami penurunan mencapai 915 ton,” kata Bupati Bengkulu Utara, Abdul Hadi di Bengkulu.

Sementara itu, fluktuasi harga di sejumlah daerah terus terjadi. Harga beras di Padang Panjang, Sumatra Barat misalnya, naik akibat pasokan yang berkurang.

“Naiknya komoditi tersebut dikarenakan cuaca hujan dan pasokan kurang di Pasar Pusat Padang Panjang,” kata Kabag Perekonomian dan Sumber Daya Alam, Putra Dewangga, Minggu (1/9).

Namun harga sejumlah komoditas lainnya turun akibat pasokan yang berlimpah. Di Palu, misalnya, tomat dijual Rp3000 per kilogram dari sebelumnya Rp20.000 per kilogram.

Begitu juga di Bangka, pasokan komoditas yang berlimpah membuat harga komoditas anjlok. Pasokan berlimpah lantaran petani panen serentak.

Fenomena harga komditas yang anjlok pada saat panen ini menjadi permasalahan serius yang dihadapi para petani cabai. Misalnya petani di wilayah Temanggung, Jawa Tengah.

“Permasalahan yang dihadapi petani cabai adalah harga yang sangat berfluktuatif,” ujar Penjabat Bupati Temanggung, Harry Agung Prabowo, Minggu ....

Belum selesai membaca berita ini ? Selesaikan dengan berlangganan disini Berlangganan

Advertisement

Advertisement